Belanda berusah menutup lintas perdagangan dari Pulau Madura ke Pulau Jawa ataupun sebaliknya
Maduracorner.com.Bangkalan – Dua tahun semenjak meletusnya pertempuran sengit di Surabaya 10 November 1945 , pihak penjajah datang kembali untuk menguasai bumi Nusantara tak terkecuali Pulau MaduraMadura. Di Madura, agresi meliter diawali dengan blockade politik ekonomi, belanda berusah menutup lintas perdagangan dari Pulau Madura ke Pulau Jawa ataupun sebaliknya. Pada tanggal 5 oktober 1946 pemerintah Madura mengirimkan delegasinya untuk mencari kebutuhan pokok sekaligus menyampaikan laporan tentang situasi yang ada di pulau Madura yang dimana pada pada saat itu menaiki kapal Kangean menuju Probolinggo, di tengah perjalanan nasib nahas menimpa para delegasi dari Madura tersebut, kapal Kangean terus ditembaki sehingga karam di periran selat Madura. Pada saat kejadian tersebut hanya dua orang penumpang yang selamat. Sehari setelah kejadian nahas tersebut, tepat tanggal 6 oktober 1946 Belanda mengadakan percobaan pendaratan laut melaui Kamal, Bangkalan dengan dikawal 8 pesawat pemburu. Pada saat yang sama pertahanan untuk daerah kamal, Bangkalan di pimpin langsung oleh Letnan R. Ramli. Mengetahui penadaratan pertama di Madura pasca kemerdekaan Letnan. R Ramli mencoba membunuh pasukan belanda yang ada di dalam tank-tank baja, mengetaui tindakan dari pejuang Madura tersebut pihak belanda terus menembaki Letnan. R Ramli sehingga gugur sebagai kusuma bangsa. Selain Letnan. R Ramli, yang gugur dalam medan pertempuran, adalah Lettu Abdulah dan Letnan Singosastro. Peristiwa tersebut memberikan kesaan awal ke pihak Belanda bahwa semangat perjuangan untuk mempertahankan Negara Republic Indonesia masih berobar di bumi Madura.
Di samping itu Mayor smith berusaaha mengadakan perundingan di atas kapal dengan pemerintahan di Madura yang antara lain diwakili oleh R.A. Roeslan Tjakraningrat, R Zainal Alim, R, Abd Rasjid, dan R.A. Sis Tjakraningrat. Perundingan yang dilakukakn berakir buntu tanpa mengahsilkan keputusan. Alhasil pihak belandapun semakin memperkuat blockade ekonomi untuk pulau Madura dimana seperti kita ketahui bahwa Madura merupakan daerah yang minus.
Pada tanggal 2 Agustus 1947 Beberapa pesawat terbang Belanda mengadakan pengintaian di daerah Kamal dan Socah. Disaat yang sama para pejuang RI di Madura berhasil membaki 2 pesawaat yang sedang mengadakan pengintaian tsb. Disisi lain Pasukan Belanda di Surabaya tengah mempersiapkan diri lebih matang untuk melakukan penyerangan darat ke wilayah Madura. Pihak Belanda pun membentuk “barisan tjakra” yang anggota-anggotanya merupakan imingran asal Madura yang ada di Surabaya. Barisan tjakra yang dipimpin komandan bataliyon ex. Kapten Barisan Mohni dibentuk tak lain karena menurut pemikiran sekutu mereka (anggota-anggota Barisan tjakra ) lebih mengetahui seluk beluk daerahnya sehingga sehingga diharapkan pasukan tersebut bisa menjadi garda terdepan untuk menguasai daerah Madura. Selain membentuk barisan tjakra pihak sekutu juga membentuk baret merah dimana anggotanya bersal dari suku Ambon.
Penyerangan sungguh-sungguh melaui darat dimulai, satu persatu daerah ujung barat pulau Madura antara lain daerah Junok, daerah Gedongan, daerah Arosbaya berhasil dikuasai, sehingga menimbulkan korban jiwa baik dipihak pejuang RI dan pihak Belanda.
Tanggal 8 Agustus 1947, tentara Belanda mulai mendarat di Branta dan Camplong di daerah ini pula para pejuang RI mengadakan pertempuran alhasil, sebagian wilayah Madura sudah dikuasai oleh pihak Belanda.
BERSAMBUNG
Kepustakaan :
Sedjarah Madura Selajang Pandang, Drs. Abdurrachman, mei 1971, Perc the sun Sumenep