AQ: “Tetap Rendah Hati, Kami Masih Belajar Untuk Menjadi Sang Pemenang!”

AQ: “Tetap Rendah Hati, Kami Masih Belajar Untuk Menjadi Sang Pemenang!”

AQ: “Tetap Rendah Hati, Kami Masih Belajar Untuk Menjadi Sang Pemenang!”

Tetaplah Rendah Hati | Oleh: Mamad

Maduracorner.com, Bangkalan – Persepam Madura United (PMU) benar2 menjadi ikon baru bagi kebangkitan dan kemajuan sepakbola Madura. Sepak terjang klub berjuluk Laskar Sapeh Kerap ini mengundang decak kagum. Bukan hanya masyarakat di Madura, namun pencinta sepakbola di seluruh Indonesia pun terkesima.

Bayangkan saja, PMU yang notabene hanyalah klub yang baru promosi ke ISL musim 2013 tersebut, mampu bertengger di peringkat 7 klasemen sementara. Mereka pun mampu mempecundangi klub-klub yang memiliki nama besar macam Persija Jakarta hingga Mitra Kukar. Padahal di awal musim, PMU dianggap sebagai klub ecek-ecek seiring kekalahan beruntun pada tiga laga perdana mereka di ISL.

Tiga kekalahan beruntun itu pun diiringi gol kemasukan yang cukup besar, yakni kalah 4-0 melawan tuan rumah Persela Lamongan, dihajar 4-0 Persipura dan dipukul K.O oleh Persiwa Wamena 2-0. Namun pasca 3 kekalahan beruntun di kandang lawan tersebut, penampilan skuad asuhan Daniel Rukito tersebut secara perlahan mulai menanjak.

Diawali dua kemenangan laga home melawan Persidafon dan Persiram dengan skor masing-masing 2-1. Lalu menjalani laga away kalah 3-2 melawan Barito Putra dan imbang 2-2 di kandang Persiba Balikpapan. Setelah itu penampilan PMU kian menggila. Mereka menghajar tim tamu Mitra Kukar dengan skor 3-1 dan menahan seri 2-2 saat menghadapi Persisam Samarinda. Publik pun makin terkesima kala PMU kemudian melakukan tour away. Mereka mampu membawa pulang 6 poin dari kandang PSPS Pekanbaru (0-1) dan Persija Jakarta (0-3).

Trengginasnya penampilan PMU ini seiring pembenahan yang dilakukan oleh managemen, PMU pun kini berubah menjadi kuda hitam di kompetisi ISL atau dianggap sebagai The New Rising Star ISL. Salah satu kuncinya adalah Kristian Edelmund dan Ali Khadafi yang didatangkan Manager PMU Achsanul Qasasi jelang batas akhir pendaftaran pemain.

Edelmund dan Khadafi benar-benar membuat lini tengah PMU menjadi solid dan lebih kreatif. Padahal sebelumnya, sektor ini dianggap sebagai titik lemah. Perpaduan kreatifitas dan soliditas duet Edelmund – Khadafi mendapat acungan jempol. Selain mampu memberi supply bola matang bagi lini depan, keduanya juga tangguh sebagai benteng pertama saat PMU mendapat serangan lawan.

Saat maduracorner.com berbincang-bincang dengan Manager PMU Achsanul Qasasi tentang anggapan PMU sebagai The New Rising Star, laki-laki yang akrab disapa AQ tersebut hanya tersenyum. Ia mensyukuri terhadap pencapaian PMU hingga saat ini. Menurutnya, prestasi sebuah klub tidak lepas dari dukungan para stakeholder di dalamnya.

“Ini tidak lepas dari kerjasama banyak pihak. Manajemen, Pemain, supporter dan seluruh masyarak Madura. Kekompakan elemen-elemen inilah yang membuat PMU menjadi seperti sekarang”,terang AQ kepada maduracorner.com, jum’at siang tadi (22/03). “Tanpa itu, rasanya mustahil PMU bisa maju. Orang Madura dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Merekalah juga yang membuat kami terus semangat”,tambahnya.

Namun AQ berusaha tetap low profile meski skuad yang ditanganinya sedang dipuji banyak orang. Ia mengatakan, PMU tetaplah klub yang sedang belajar di sebuah arena tertinggi sepakbola nasional. “Madura hadir di ISL masih dalam taraf belajar. Dan saat ini secara bertahap, semua ujian dari pembelajaran itu bisa dilalui dengan baik”,tutur AQ berfilosofi.

“Dan kami akan terus belajar untuk menjadi lebih baik. Lebih jauh, kami belajar untuk menjadi sang pemenang”,tekad AQ seraya mengingatkan agar tetap rendah hati. “Baik pemain, manajemen maupun supporter harus tetap membumi. Rendah hati alias jangan sombong”,pungkasnya. (mad)

Pos terkait