Sehari habis 400 kaleng cincau | Oleh : arie
Madurcorner.com, Sumenep-Home industri cincau di desa Paberasan Sumenep mendapatkan pesanan melimpah saat bulan Ramadhan tiba, dalam satu hari sedikitnya 400 kaleng cincau dipesan pelanggan dari berbagai daerah di Madura. Sayang, usaha ini tidak didukung dana besar dari pemerintah.
Sudarmo warga desa Paberasan Sumenep menjadi pengusaha cincau sejak tahun 1986 mewarisi ilmu membuat membuat cincau, dari sang mertua sejak tahun 1978 silam, namun sejak tahun 1986 Sudarmo mengelola sendiri usaha pembuatan cincau itu. Tanah kosong di halaman rumahnya di desa Paberasan Sumenep dijadikan lokasi mengolah daun cincau menjadi bahan minuman yang sangat menyegarkan.
Namun sayang, di Madura pohon cincau sangat sulit ditemukan, sehingga untuk mendapatkan daun cincau kering dalam jumlah besar, Sudarmo harus mendatangkan dari Solo Jawa Tengah, sekali kirim satu truk daun cincau harus diborongnya dengan uang Rp 50 juta rupiah.
Membuat bahan minuman cincau sebenarnya sangat mudah, daun cincau yang sudah kering itu direbus di atas tungku, kemudian dituangkan dalam wadah seperti jaring lalu diaduk hingga air kental seperti lendir keluar. Proses selanjutnya disaring untuk diambil airnya.
Air saringan daun cincau kemudian dimasukkan ke dalam drum besi yang sudah ditambah air dan tepung, kemudian diaduk selama dua jam hingga adukan di dalam drum benar- benar kental. Barulah dituangkan ke dalam kaleng-kaleng bekas tempat biscuit. Kini cincau buatan Sudarmo siap dikirimkan ke pelanggan di berbagai daerah di Madura untuk dijadikan minuman pelepas dahaga pembuka puasa.
Sudarmo, menjelaskan hasil produksinya satu kaleng dijual Rp 30 ribu, dulu Rp 18 ribu, pada bulan puasa satu hari biasanya Sudarmo menghabiskan 400 kaleng. “Karena di Madura tidak ada jadi saya datangkan dari Solo Jawa Tengah, sekali angkut enam ton dengan truk pak,” terang Sudarmi kepada Maduracorner.com.
Salah seorang penjual Cincau, Istianah, menambahkan saat ini harga harga cincau di pasar nail. “Mahal pak, sekarang satu iris kecil itu Rp 3 ribu, biasanya hanya Rp 1.000 pak,” ujar Istianah.
Buklimah penjual cincau lainnya di pasar tradisional Sumenep juga menguraikan tentang kenaikan harga cincau berbalas dengan kenaikan harga BBM. “Dulu hanya Rp 20 ribu sekarang karena BBM naik cincau satu kaleng Rp 35 ribu,” tuturnya lesu. (rie/min)