Daeng Karaeng, dari Makasar Membabat Giliyang

Giliyang

Bangkalan, Maduracorner.com – Daeng Mushalleh adalah tokoh penting pembabatan Giliyang, ia dicatat sebagai revoluasioner pendidikan Islam sufisme, lahir sekitar tahun 1715-an di Makasar. Beberapa Narasumber berpendapat bahwa ia keturunan Daeng putay yang masih mempunyai hubungan erat dengan kesultaan Goa-Tallo di Makasar. Secara historis kedatangan Daeng Mushalleh ke Giliyang sangat erat hungannya dengan Andang Taruna dan Daeng Galesung sebab mereka semua berasal dari daerah yang sama (Makasar).

Seperti yang telah disinggung didapan bahwa sejak awal pembabat Giliyang hubungan diantara mereka bertiga sangat akrab, bahkan katika Andang Taruna dan Jaya Pranaingin membabat Giliyang, kedua bersaudara ini meminta bantuan kepada Daeng Galesung, lalu melalui mertuanya ( Raden Trunojoyo) berhasil membujuk Pangeran Yudanegara (1648-1672 M). Sehingga kedua bersaudara tersebut mendapat izin untuk membabat Giliyang. jalinan hubungan antara Giliyang dan Sumenep terus terbina sampai datangnya sosok inspirasif al-‘Allamah Daeng Karaeng Mushalleh sekitar tahun 1766-an. Berangkat dari realitas historis diatas, maka tidak mengherankan jika Daeng Mushelleh memilih Giliyang sebagai tujuan utama. Ada beberap faktor menjadikan Sang Daeng datang

Faktor Sosial dan Politik

Kondisi sosial-politik Makasar pada pertangangan abad delapan belas tidak atal kekacauan politik akibat konflik sosial yang berkepanjangan menimbulkan dampak yang sangat serius, rakyat hidup dibawah bayang-bayang teror imprealis, imflastuktur hancur lebur, ekonomi rakyat terkubur.

Giliyang1

Panggilan Dakwah

Dakwah merupakan ruh dan jiwa orang-orang Makasar, sifat yang satu ini telah ditanam sejak lama oleh ulama’ kota Mammiri, corak Islami mereka banyak diwarnai oleh sufisme-Islam sehingga kita dapat melihat ulama’ yang berasal dari Makasar cendrung kearah Tasawwuf. Demikian Deng Mushalleh ia sangat giat dalam berdakwah khususnya dalam mendakwahkan jalan tasawwuf sebuah jalan menuju Tuhan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Sarbini bahwa keberangkatan Daeng Mushellah mendapat rekondasi langsung dari orang tuanya untk mendakwahkan Islam, demukian Sarbini menuturkan dari Daeng Islaq ( salah satu keturunan Daeng Mushalleh). Dilihat dari kacamata geo-kultural, pemilihan Giliyang sebagai obyek dakwah sangatlah tepat sebab Giliyang pada saat itu masih dalam tahap kekosongan dari seorang pemimpin, Ju’ Rabuna telah meninggal dan tidak ada yang menggantikan sebagaimana memimpin.

Disebutkan dalam salah satu sumber bahwa Daeng Karaeng Mushalleh datang ke Giliyang dalam dua tahapan tahap yang pertama dalam rangka observasi sedangkan untuk tahap yang kedua, bertujuan untuk berdomesili bersama kelurganya . Dalam tahapan pertama daeng Karaeng Mushalleh berangkat ke Giliyang  seorang diri. Konon beliau diantar oleh Ikan Hiu besar sampai bisa menemukan tempat yang beliau cari yaitu sebuah pulau yang terbentang diatas mentari.

Ada suatu yang menarik disini tatkala ia menentukan tempat berupa pulau yang tebentang diatas mentari ( Giliyang). Ini jelas ada kaitannya dengan para pendahulu mereka yang berangkat terlebih dahulu dari kota makasar. Dilihat dari kacamata historis ada semacam pertalian antara andang taruna Jaya Pranadan daeng dalesung khususnya dengan keluarga besar Daeng Karaeng Mushalleh. Sebab secara logika tidak mungkin menuju langsung ke Giliyangtanpa di beritahu oleh para pendahulunya. Itulah kenapa Daeng Karaeng Mushalleh membulat tekatnya untuk membabat sekaligus berda’wah ke Giliyang.

[1] Masalleh merupakan penyebutan yang masyhur masyarakat Giliyang, sedangkan dalam bahasa arab tertulis Mushalleh berasal dari kata shaluha yang berarti baik. Lalu diikutkan wazan fa’ala Mushalleh ( isim fail dari shallaha) yang berarti orang yang memperbaiki. Oleh karena dalam penyebutan nama selanjutnya penulis menyebut ejaan arabnya ( Mushalleh).

Wafat tahun 1214 H/1793 M

Tulisan diatas menyalin dari : http://www.lontarmadura.com

By : Jiddan

Pos terkait