Divonis Bertahan Hidup 3 Bulan, Pria Ini Mampu Buktikan Diri Sebagai Pejuang Antikanker

BANGKALAN, maduracorner.com – Perlakuan yang diterima Jimhur di masa kecilnya, membuat suami Nunung Susilowati itu lebih peka, terutama terhadap seseorang yang senasib dengan dirinya.

“Mencari hingga ke luar Bangkalan dan merangkul mereka sebagai sahabat. Karena saya tahu perasaan mereka seperti apa,” tuturnya.

Hingga akhirnya, ia dipercaya sebagai Ketua National Paralympic Committe (NPC) Bangkalan pada 1990 hingga sekarang. Sebuah organisasi olahraga bagi penyandang disabilitas.

Sembilan tahun kemudian, ia diangkat sebagai Ketua Bidang Pembinaan Badan Pembina Olahaga Cacat (BPOC) hingga sekarang dan Ketua NPC Jatim dua periode, 2008-2013 da 2013-2018.

Sebelum menjabat Ketua NPC Jatim, ia terus mengembangkan jiwa organisatornya dengan mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) “Lempar” NGO (National non-Goverment Organization) pada 1999. Ini adalah LSM pertama di Bangkalan.

Sasaran demo pertama kali saat itu adalah PLN, lantaran Pulau Madura mengalami black out (pemadaman listrik) hingga tiga bulan. “Sejak saat itu, orang-orang mulai mengenal saya,” jelasnya.

Sampai saat sekarang berkisar 33 lembaga yang dipimpinnya, termasuk sebagai Presiden “K-conK Mania” suporter sepakbola Madura United.

Menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bangkalan sampai sekarang. Sekaligus Ketua Bidang Hukum di Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Provinsi Jawa Timur. Selalu aktif dalam bidang kewartawanan.

Dibalik peofesi sebagai wartawan aktif juga dalam bidang hukum sebagai Advokat / Pengacara bahkan dipercayai sebagai Wakil ketua Kongres Advokat Indonesia (KAI) DPD Jawa Timur.

Di tahun 1995 Jimhur Saros yang menginjak usia 30 tahun, bertemu Nunung Susilowati di Pangkalan TNI Angkatan Udara Banjarmasin, tempat Fachrudin Said (kakaknya) berdinas.

“Dipertemukan oleh guru ‘Ijei’ asal Banjarmasin Kalimantan. Saya bilang, iya saya mau nikah. Setelah itu saya lamar,” kenangnya.

Tiga tahun kemudian, Jimhur divonis mengidap kanker kelenjar ludah yang menyerang kelenjar parotis, di depan telinga.

Dengan dukungan istri dan tekad bulatnya untuk tetap hidup, ia keluar masuk meja operasi hingga empat kali.

Satu tindakan operasi di Bangkalan dan tiga kali operasi di Surabaya.

“Dokter memvonis saya hanya bisa hidup sampai tiga bulan. Alhamdulillah sampai sekarang masih hidup. Malahan, duluan dokternya yang meninggal,” katanya.

Tak berhenti di situ, Jimhur terus berobat hingga ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, Tiongkok.

Hingga akhirnya dia dipercaya sebagai Duta Antikanker Indonesia karena telah berusaha selama belasan tahun menjadi pejuang antikanker.

Ia menambahkan, orang tua mempunyai peranan penting dalam menuntun dan mengarahkan anaknya agar tetap berjiwa besar.

Dedikasi terhadap orang tuanya ia sematkan dalam nama belakangnya, Saros (Said dan Rosyidah).

Sementara Jimhur merupakan kombinasi dari Jim Kelly dan Jim Brown, dua aktor negro favoritnnya yang dipadukan dengan Fathur.

“Saya sering nonton laga – laga dua aktor itu di bioskop. Jagoan, pembasmi kejahatan. Saros, sebutan pemberian teman dan saya suka,” pungkasnya.

Sumber : Surya.co.id

Pos terkait