Kerugian di Perkirakan Rp 4 Milyar | Oleh : A.Shohib

Maduracorner.com,Bangkalan– gudang kayu dan toko bangunan milik H Mas,ud, di desa Binoh kecamatan Burneh, kabupaten Bangkalan, Senin (11/11) ludes di lalap si jago merah. Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 2 dini hari dan dua jam kemudian, dua mobil pemadam kekabaran pemkab Bangkalan baru bisa memadamkan kobaran api. Akibat kebakaran tersebut pemilik gudang mendertia kerugian sebesar Rp 4 Milyar. Sampai berita ini ditulis belum diketahui secara pasti apa penyebab kebakaran itu.
Pemilik gudang, H Mas,ud menjelaskan, dirinya tidak tahu penyebab terbakarnya gudang kayu dan toko bangunan itu. “Saya lihat ada nerah-merah di gudang saya itu, lalu saya mendengar teriakan ada kebakaran dari warga, tiba-tiba saya lihat api sudah membesar,” kata H Mas,ud
Dijelaskan dia, isi dalam gudang itu ada 2 unit mobil truk dan 1 unit mobil L-300 serta kayu, kusen, dan material bangunan yang ada di dalam toko semuanya ludes terbakar. “Kalau ditaksir kerugian sekitar Rp 4 Milyar, dan kemungkinan kebakaran ini terjadi karena konselting listrik karena di gudang saya itu Kwh meter listriknya besar,” kata H Mas,ud.
Kapolsek Burneh, AKP Lukas Mohammad Efendi ketika dikonfirmasi menjelaskan, sampai saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan penyebab terjadinya kebakaran itu. “Kita masih belum bisa menyimpulkan apa penyebabnya kebakaran ini, karena masih dalam proses lidik,” kata Lukas
Anggota komisi B DPRD Bangkalan, Muhdor menjelaskan, proses pemadaman api dinilai lamban, selain karena jumlah mobil pemadam kebakan yang minim, juga tempat air dan lokasi kebakaran sangat jauh. “Jadi mobil Damkar di bangkalan perlu ditambah,” kata Muhdor.
Sedangkan Kabid pemiliharaan dan keselamatan fisik bangunan, Dinas PU Cipta Karya Bangkalan, Rasuli mengatakan, lambatnya pemadaman api ini disebabkan karena masyarakat masih banyak yang tidak tahu nomer telepon pemadam kebakaran. “Pelaporannya lambat, jadi ini yang ini yang membuat lambat, ditmabha lagi, petugas harus cekcok dengan masyrakat yang ada di sekitar sungai yang melarang kami mengambil air,” pungkas Rasuli. (min)