
Bangkalan, maduracorner.com – Seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga kedelai pun meningkat tajam. Yakni melambung hingga 75%. Maka tak heran, jika Ayub, salah satu pengrajin tahu tempe di jalan Letnan Singo Sastro Bangkalan mengeluhkan kenaikan gila-gilaan tersebut.
“Harga kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu-tempe memang naik drastis. Dari Rp 4.300 menjadi Rp 7.500/kg,”tutur Ayub yang dijumpai maduracorner.com di standnya di Pasar Induk Ki Lemah Duwur Bangkalan, kamis (27/8/2015) pagi. “Saya malah terpaksa tidak mempekerjakan (mem-PHK) 2 karyawan saya, karena sudah tidak sanggup membayar mereka,”sambungnya.
Ayub melanjutkan, setiap harinya dia sanggup menghabiskan 125-150 kg kedelai sebelum harga kedelai naik. Dan mampu menggaji 2 karyawan Rp 1 juta/orang. Namun setelah harga bahan baku kedelai meroket, Ayub terpaksa mengurangi bahan baku pembuatan tahu-tempe menjadi 30 kg saja. “Kami sudah tidak mampu lagi menggaji dua karyawan itu. Kini produksi tahu – tempe hanya kami kerjakan berdua bersama istri,”keluhnya.
Untuk menyiasati kondisi tersebut, Ayub tidak menaikan harga tahu- tempe produksinya. Tapi ukuran produksinya saja yang diperkecil. Contohnya, tempe ukuran 25x 25 cm dirubah menjadi 20 x 25 cm. Harga tetap Rp 10 ribu. “Lalu Tempe ukuran 15×15 cm dirubah menjadi 10×12 dengan harga tetap Rp 2.500. Begitu juga tahu dari ukuran 6x6cm menjadi 4x5cm dengan harga tetap Rp 1000/potong”,jelasnya.
Strategi produksi ini dilakukan, untuk menjaga para pelanggannya agar tidak lari ke pengrajin tahu tempe lain. “Kalau harga tahu – tempe dinaikan, kami khawatir tidak laku. Jadi, walaupun keuntungannya tipis yang penting usaha tetap jalan,”pungkas Ayub dengan nada sedih. (yan/mad).
Penulis : Aryan
Editor : Mamad El Shaarawy