Malaysia mendapatkan kemerdekaanya dari Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957. Ketika itu masih bernama Persekutuan Tanah Malaya yang area negaranya hanya terdapat di semenanjung Asia saja. Baru setelah penyatuan Singapura, Serawak dan Sabah(Borneo Utara) pada tanggal 16 September 1963, nama Malaysia di perkenalkan. Dan di kemudian hari peristiwa itu di peringati dan lebih di kenali sebagai “Hari Malaysia”.
Menjelang Hari Malaysia
Pada tanggal 27 Mei 1961, Tuanku Abdur Rahman sebagi Perdana Menteri pada waktu itu telah mengajukan gagasan untuk membentuk Malaya Raya atau Super Federaration kepada Malcolm McDonald Komisi Jenderal Inggris untuk Asia tenggara dan kepada Komisi Tinggi (Duta Besar) Inggris untuk Tanah Malaya Geofroy Troy. Pada dasarnya pihak Inggris setuju dengan gagasan tersebut. Namun pihak Inggris menyarankan agar pembentukan ke arah Malaya Raya di lakukana secara bertahap.
Pihak Inggris Menyarankan agar Tanah Malaya bergabung dulu dengan Singapura. Yang mana pada waktu itu keadaan politik di Singapura kurang berpihak kepada Inggris. Komunis di Singapura ketika itu semakin kuat dan di kuatiri akan mengalahkan PAP, partainya Lee Kuan Yew pada pemilu 1964 nanti. Apabila Komunis menang di Singapura, Pihak Inggris kuatir Singapura akan menjadi negara Kuba Asia Tenggara yang jatuh ke tangan Komunis. Yang mana Inggris akan kehilangan kepentingannya serta pangkalan militernya yang sangat strategis dalam konteks perang dingin ketika itu.
Namun Perdana Menteri Tanah Malaya ketika itu menolak saranan Inggris tersebut, dengan alasan saranan tersebut bermotif politik dan rasisme. Tapi Tuanku Abdurrahman meminta penggabungan di laksanakan secara serentak dengan Serawak, Brunei, dan Sabah.
Indonesia dan Filipina Membantah
Mendengar rencana penyatuan Persekutuan tanah Melayu dengan Singapura, Serawak , Brunei dan Sabah akan dilakukan. Presiden Soekarno dan Presiden Filipina Macapagal membantah tentang rencana Tanah Malaya dan Inggris tersebut. Presiden Soekarno yang terkenal dengan Anti kolonialnya berpendapat bahwa semua itu adalah helah dan taktik kolonial untuk bertapak dan menjajah kembali di bumi nusantara. Bahkan presiden Soekarno mengatakan Tanah Malaya adalah neokolonial dan jelmaan Inggris yang berusaha mengepung dan melemahkan Indonesia.
Sedangkan presiden Macapagal membantah rencana tersebut, karena beranggapan bahwa Sabah/Borneo Utara adalah masih daerah kekuasaan Filipina dengan berpandukan kepada daerah Kesultanan Sulu.
Untuk mengurangkan ketegangan-ketegangan antara Indonesia, Tanah Melayu dan Filipina, maka Presiden Macapagal menyarankan sebuah perjanjian yang di kenal dengan Perjanjian Manila. Yang mana perjanjian tersebut di tandatangani oleh ketiga Negara tersebut pada tanggal 31 juli 1963.
Inti dari perjanjian Manila tersebut adalah memberikan kuasa kepada PBB untuk mengadakan pemilu yang bebas dan tidak ada paksaan di Serawak dan Sabah dalam menentukan nasibnya sendiri. Namun pengumuman Tuanku Abdur rahman tentang penubuhan Malaysia pada tanggal 11 September 1963 tanpa menunggu pengumuman laporan Sekretaris Jendral PBB U Thant telah mencetuskan rasa tidak puas hati Filipina dan Indonesia. Filipina langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Pada mulanya Konfrontasi Indonesia-Malaysia hanya berupa perang kata-kata dan tekanan politik antar negara. Namun setelah Indonesia merasa Malysia telah mengkhianti perjanjian yang telah dipersetujui bersama di cabuli. Pemerintah dan rakyat Indonesia sangat berang sekali. Serangan Sukarelawan di perbatasan dan penawanan Konsulat Malaysia di Medan memberikan reaksi yang sama di Malaysia.
Demonstrasi dan penawanan di KBRI Kuala Lumpur (by Utusanmalaysia.com) |
Akhirnya pada tanggal 17 september 1963, sekumpulan pemuda yang berarak dari Dewan Klub Sultan Sulaiman di Kg Baru menuju ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk berdemonstrasi. Keadaan menjadi tidak terkawal dan KBRI telah di kuasai sekumpulan pemuda tersebut.
Foto Presiden Soekarno di robek-robek dan Lambang Garuda Indonesia di turunkan. Kemudian di seret dengan sepeda motor dan skuter secara berkonvoi ke kediaman Tuanku Abdur Rahman untuk di minta memijaknya, sebagai membalas kepada Soekarno yang telah melakukan konfrontasi.
Mendengar hal itu, Soekarno sangat marah dan murka dengan aksi anti Indonesi dan aksi menginjak-injak Lambang Garuda Indonesia. Untuk membalas aksi tersebut , presiden Soekarno melancarkan gerakan Ganyang Malaysia dan memplokamirkan gerakan tersebut dalam pidato-pidatonya yang senantiasa berapi-api.
Apakah Komunis Mempengaruhi Konfrontasi ?
Pemerintah dan rakyat Malaysia sangat yakin dan mempercayai, bahwa Komunis ikut andil dalam mempengaruhi Soekarno untuk melaksanakan gerakan konfrontasi dengan Malaysia. Terbukti sewaktu demonstrasi di KBRI pada tanggal 17 september 1963 , demonstrasi tersebut membawa spanduk anti PKI dan mengecam menteri luar negeri Indonesia ketika itu yaitu Soebandrio dan Presiden Soekarno. Salah satu spanduk tersebut berbunyi Soekarno kuda tunggangan Aidit.
Tapi, Di dalam Malaysia sendiri Komunis juga sedang berkembang dan menjalin hubungan yang rapat dengan Indonesia, Singapura dan Vietnam yang berorientasikan kepada negara China. Tokoh-tokoh berhaluan kiri Malaysia seperti Ishak haji Muhammad (Pak sako), Burhanuddin Helmi, Ibrahim Yakoob maupun Samsiah Fakeh sering bertukar fikiran dan strategi dengan Tokoh komunis Indonesia. Bahkan Komunis Indonesia sering memberikan bantuin dana kepada pergerakan haluan kiri Malaysia untuk mensukseskan pergerakan mereka.
Kekalutan politik dalaman Indonesia dan kedudukan Presiden yang semakin melemah, di pergunakan sebaik-baiknya oleh PKI. Mereka berlindung di balik ketokohan Soekarno dan dengan secara cerdiknya mereka mempergunakan kesempatan untuk memupuk kekuatan di tengah Masyarakat. Pada tahun 1965 dalam perayaan hari ulang tahun PKI, suasana di tiap kota berubah menjadi lautan komunis. bendera merah bergambar palu dan clurit berkibar di rumah anggota dan simpatisannya baik di kota dan desa.
Pada tanggal 30 September 1965, PKI melakukan pemberontakan dan melakukan Kudeta yang membawa kepada penurunan Soekarno dari tampuk kekuasaan. Maka bermulalah babak baru dalam Konfrontasi Indonesia-Malaysia setelah Indonesia di pimpin oleh Soeharto.
Maka pada tanggal 28 mei 1966, Pemerintah Indonesia dan Malaysia mengadakan perjanjian di Bangkok yang di prakarsai oleh Rajaratman (Menlu Thailand). Indonesia di wakili oleh Adam Malik dan Malaysia di wakili oleh Abdur Razak.
Dan berakhirlah konfrontasi Indonesia-Malaysia pada akhir Juni, selanjutnya di adakan penjanjian perdamaian pada tanggal 11 Agustus 1966 dan di resmikan pada tanggal 13 Agustus 1966. dan secara resminya Indonesia mengakhiri konfrontasi pada tahun 1967.