Iksandhi Kaji Dukungan Melalui SMS Ke Peserta Non Muslim

ajang mencari Bakat disorot Pesantren     |   Oleh : A.Shohib

 

Para Alumni Iksandhi saat membahas masalah- Foto : A.Shohib/MC.com
Para Alumni Iksandhi saat membahas masalah- Foto : A.Shohib/MC.com

Maduracorner.com,Bangkalan–  ajang pencarian bakat yang melibatkan pemirsa melalui dukungan short masanger massage (SMS) yang disiarkan oleh sejumlah TV swasta dikaji oleh Ikatan keluarga santri dan Alumi pondok Pesantren Darul Hikmah (Iksandhi) desa Langkap kecamatan Burneh kabupaten Bangkalan dengan mencari rujukan kitab-kitab salafiyah. Pasalnya dalam peserta ajang pencarian bakat itu, pesertanya ada yang dari non muslim. “Yang kita bahas adalah bagaimana hukumnya orang muslim mengirim SMS untuk mendukung peserta yang non muslim,” kata alumni Iksandhi komisariat Arosbaya, Ahad (26/05).

Jawaban yang muncul dalam pembahasan Bahtsul Masa’il yang dihadiri oleh Para alumni Iksandhi yang datang dari berbagai daerah itu beragam, ada yang menghukumi makruh, tidak boleh bahkan ada yang menghukumi haram. “Kalau hanya sebatas mendukung dan tidak timbul rasa mahabbah (cinta) maka menurutnya hukumnya makruh,” kata Faizin anggota iksandhi dari kecamatan Tanah Merah.

Berbagai ragam pendapat yang merujuk kepada kitab-kitab kuning dan muktabaroh itu diambil kesimpulan oleh dewan Pentahsih KH Bustomi Arisandi. “Dalam pembahasan masa’il kita tidak menyatakan kitab yang lebih benar, maka beberapa jawaban yang kami terima akan kami bacakan,” kata Bustomi Arisandhi.

Dikatakan Bustomi Arisandhi, dari beberapa pendapat yang sudah masuk dapat dirumuskan bahwa mendukung mellaui sms ke peserta non muslim hukumnya tidak boleh, ada yang menghukumi kafir, dan hukumnya haram kalau menyenangi orangnya secara individu.

Dijelaskan Bustomi Arisandhi, dalam ajang pencari bakat yang disiarkan oleh sejumlah TV itu memang ada simbol simbol Islam yang sengaja dibenturkan dengan peserta non muslim. “Kalau peserta yang muslim yang menang, maka akan mempengaruhi kepada budaya dan cara berpakian masyarakat Indonesia,” pungkas bustomi Arisandhi. (min).

Pos terkait