“pandanglah KARYANYA, bukan FISIKNYA!”

 

lebih PERASA pada PERBEDAAN dan KEKURANGAN  I By :

01122010(027)

Maduracorner.com.Bangkalan – Cacat adalah sebuah kondisi fisik dan mental seseorang, kecacatan tersebut bisa disebabkan karena bawaan gen atau karena suatu kecelakaan yang menyebabkan fisik dan mentalnya menjadi tidak normal dan berbeda dari orang-orang lainnya. Mereka terlihat dan terkesan berbeda, beberapa orang belum mampu menerima perbedaan yang mereka miliki, karena menerima perbedaan tak semudah menerima suatu kesamaan. Tapi, karena perbedaan yang mereka miliki, apa pantas menyalahkan kondisi fisik dan mental seseorang kalau bahkan saat lahir mereka juga tidak dapat meminta sebuah kenormalan pada Tuhan? Apakah pantas menjauhi seseorang karena ketidaknormalan yang ada dalam dirinya?

Manusia punya hobi unik, yaitu lebih MUDAH melihat KEKURANGAN daripada memperhatikan KELEBIHAN. Dan, menurut saya hal itu sangat menyakitkan, bukankah setiap manusia pasti punya kekurangan? Lalu, kalau sama-sama memiliki kekurangan kenapa harus menganggap kekurangan itu sebagai hal yang ANEH? Dan, beberapa hobi terselubung manusia adalah sulit untuk melihat isi hati seseorang tapi sangat mudah menilai dari kondisi fisik seseorang. Ah, inilah “derita” yang harus diemban orang-orang seperti mereka (yang memiliki kondisi cacat) dan orang-orang jelek seperti saya (*ups* *keceplosan* #SangatSesuatuBangetYaaah).

Kembali ke penyandang cacat, mereka kadang tidak dihargai oleh beberapa orang dan dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang belum tentu mengetahui dan mengerti potensi mereka. Sebenarnya beberapa dari mereka ada yang sangat berpotensi dalam bidangnya, bahkan ada pula yang kemampuannya jauh lebih baik daripada orang-orang yang normal secara fisik. Mau contoh KONKRITnya? Oke!

  • Beethoven, Maestro Musik Klasik yang Tuli

Beethoven mulai tuli saat umurnya baru 20 tahun, penyakit itu mulai menyerang justru di puncak karier dan kesuksesannya. Saat usianya 40 tahun, dia benar-benar tuli dan sejak saat itu dia menjadi depresi dan penyendiri. Tapi, dia tetap berkarya walau dalam kekurangan yang ada dalam dirinya, walau karya-karya tersebut hanya dinikmati untuk kalangan sendiri, tapi Beethoven tetap saja Beethoven, karyanya tetap brilian walau dalam ketulian yang dia alami. Dalam hidupnya bethoven telah merampungkan karya-karyanya meliputi 9 simfoni, 32 Sonata, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet alat musik gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater dan banyak lagi. Hebat ya! Kalau Beethoven hidup di jaman sekarang? Apa beliau akan dihargai seperti dulu?

 

  • John Nash, Ilmuwan matematika yang menderita schizophrenia

Pada masa kecilnya, ia sangat tertarik pada sains sehingga mencoba berbagai percobaan kecil di kamar tidurnya. Ia kemudian mempelajari Industri kimia dan Matematika pada Carnegie Mellon Univeristy. Pada tahun 1959, ia mulai menunjukkan perilaku aneh menyerupai paranoia. Ia mempercayai bahwa ada organisasi yang sedang mengincarnya. Kemudian ia dimasukkan ke sebuah rumah kejiwaan dimana ia di diagnosa menderita schizophrenia. Karya-karya dan sumbangsihnya mendapat banyak penghargaan, termasuk beberapa penghargaan elit berupa John von Neumann Theory Prize in the year 1978 dan Nobel Memorial Prize in Economic Sciences pada tahun 1994. Sebuah film Academy Awardyang berjudul “A Beautiful Mind” dengan pemeran Russel Crowe memiliki cerita yang berdasar pada Biografinya.

 

Nah, itulah kisah beberapa penyandang cacat yang tetap mampu menghasilkan KARYANYA. Setelah melihat kisah mereka, masih mau nih mengucilkan dan memandang sebelah mata orang-orang cacat? Jangan pandang FISIKNYA, tapi LIHAT POTENSI dan KARYANYA! Cacat FISIK belum tentu cacat HATI 🙂

 

Semoga setelah membaca tulisan ini, saya berharap lebih bahwa orang-orang yang punya “hobi” memandang KEKURANGAN orang lain lebih TERBUKA matanya, dan lebih PERASA pada PERBEDAAN dan KEKURANGAN yang ada dalam lingkungannya 🙂

with love 🙂

Pos terkait