Bangkalan, maduracorner.com – Sebanyak 54 nelayan asal Desa Pesanggrahan, Desa Kwanyar Timur, Kwanyar Barat, serta Desa Tebul, Kecamatan Kwanyar beradu ketangkasan menahkodai 18 perahu layar dalam peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia di perairan Desa Pesanggarahan, Minggu (21/8/2016).
Dalam lomba ini peserta diwajibkan menempuh jarak kurang lebih tujuh kilometer. Para nelayan tidak diperbolehkan menggunakan mesin karena layar sudah disiapkan panitia. Selain itu, setiap perahu maksimal berisikan tiga orang.
Ketua Panitia Zainul Imron (37) mengungkapkan, dengan menggunakan layar, tiga nelayan di setiap perahu dituntut menjadi yang tercepat mencapai garis finish.
“Ketangkasan nelayan dalam lomba ini sangat menentukan. Peserta yang tidak bisa putar balik untuk kembali ke garis start, gugur. Kalau menggunakan mesin, kan mudah,” ungkap Zainul Imron.
Kepala Desa Pesanggrahan, Choirul Anam mengatakan, lomba perahu layar tersebut sudah berlangsung sejak jaman nenek moyang warga setempat. Namun, baru beberapa tahun belakangan ini dilombakan.
“Panitianya bergantian, kali ini yang menggelar karang taruna Desa Pesanggrahan. Sebelumnya, pemuda Desa Kwanyar Barat,” katanya.
Ia menyebutkan, lomba perahu layar ini bisa saja digelar setiap tahun dan berpotensi menjadi ikon wisata bahari baru karena berdekatan dengan Jembatan Suramadu.
“Jika animo masyarakat baik, saya kira peluangnya besar dijadikan event tahunan sebagai wisata bahari. Tapi semua tergantung respon dari Pemda Bangkalan,” sebutnya.
Sesepuh Desa Pesanggrahan, Edy Moeljono mengungkapkan, para nelayan Desa Pesanggrahan berjumlah sekitar 750 hingga 1.000 orang. Selain mengikuti dan menonton lomba, mereka berkumpul sebagai ajang silaturahim.
“Sebelum dilombakan, para nelayan berkumpul saat momen rokat tasek (larung sesaji) dan Hari Raya Ketupat, seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri,” ungkapnya.
Ia berharap, lomba perahu layar tersebut tidak hanya menjadi ajang adu ketangkasan para nelayan dalam menjalankan perahu layar, namun lebih kepada mempererat tali persaudaraan.
“Terpenting kekompakan sesama nelayan, warga, dan perangkat desa. Itu intinya,” pungkasnya. (Heriyanto Ahmad)