Refleksi 2 Laga Home PMU Yang Berakhir Kegagalan

 

 

Zainal Arif lakukan shoot ke gawang PBR. foto : ligaindonesia
Zainal Arif lakukan shoot ke gawang PBR. foto : ligaindonesia

Ada Apa Dengan PMU ? oleh : krism

Maduracorner.com, Bangkalan-Ada beberapa catatan yang dapat ditarik simpul benang merah atas gagalnya Persepam Madura United mendulang poin penuh di kandang sendiri. Pertama, kekalahan 0-2 dari Sriwijaya FC (SFC) yang menurut versi pelatih Daniel Rukito lebih karena mudahnya individu Persepam terpancing peluang palsu yang sengaja diciptakan laskar Wong Kito, julukan SFC untuk menarik pemain laskar sapeh kerap.

Menghadapi lawan yang berstatus juara bertahan sekaligus penghuni tangga klasemen yang lebih tinggi, seharusnya Persepam lebih berhati-hati. Namun yang terjadi justru sebaliknya, pola serang PMU nampak membabi buta, sedangkan pola pertahanan sebagai antisipasi saat serangan balik dari lawan, justru terkesan dikesampingkan. Pendek kata, laga saat itu Persepam hanya rajin menyerang tapi malas tapi bertahan.

Koordinasi pemain di setiap lini baik defender, midfielder maupun striker bisa dibilang nyaris tidak ada. Entah karena panik atau memang bermaksud langsung membuat peluang, banyak bola langsung mengalir dari belakang langsung ke depan tanpa memerankan alur normal lini tengah. Sesekali memang nampak efektif karena banyak peluang yang sempat tercipta, tapi statistiknya lebih rendah dibanding kegagalan akibat lebih kandas oleh pertahanan disiplin SFC.

Kecenderungan pola serang semacam itulah yang kemudian memaksa stamina pemain tuan rumah drop sebelum babak pertama berakhir. Seperti sindiran yang terlontar dari bibir Daniel Darko, pelatih Pelita Bandung Raya (PBR) berkebangsaan Serbia, Sabtu (31/3) malam kemarin.

“At the time they play against Sriwijaya. I see they down at first twenty-twenty five minutes (saat laga melawan sriwijaya, saya melihat stamina mereka (pemain PMU) kendor di 20-25 menit awal,” sindir Januckovic Daniel Darko, manajer sekaligus arsitek PBR.

Ungkapan Darko jelas sebuah sindiran bagi skuad maupun manajemen PMU. Pertandingan bola bukanlah soal teknik dan kualitas individu pemain, karena yang terpenting adalah bagaimana meramu strategi dan pemain untuk menguasai bola agar masuk ke gawang lawan.

“You know they, this is a good team. they seven on the table, and we sixteen on table, so a very good point for us. And we play with a lot of ‘baby’ players, like a 18 years old six players, so we called this a very big victory that cannot do more (against) good player in madura united,”

“Anda tahu mereka, PMU adalah tim bagus. Posisinya berada di peringkat 7 klasemen, sedangkan kita 16 di urutan klasemen, jadi hasil poin ini sangat bagus buat kami. Kami hanya bermain dengan banyak pemain muda, 6 pemain masih berumur 18 tahun. Jadi menurut kami, ini adalah kemenangan besar yang tidak bisa kami lakukan lebih baik lagi mengingat lawan kami PMU lebih bagus secara materi,” ujar Darko memuji materi pemain PMU.

Pun demikian saat menjamu Pelita Bandung Raya (PBR), skuad asuhan Daniel rukito sempat mengulangi kesalahan yang sama di babak pertama. Seketika itu mereka langsung menekan sejak awal hingga menit ke 15 meski akhirnya tak satupun peluang PMU yang dikonversi menjadi gol. Tapi sebaliknya, pada menit berikutnya, tepatnya di menit 16,  justru PBR yang membuat peluang bagus berawal dari kelalaian bek sayap PMU. Ditambah lagi, peluang emas yang kemudian berhasil dikonversi menjadi gol oleh Gaston Castano, striker PBR di menit 40.

Perlu diketahui, komposisi PBR yang mengisi penuh lini tengah dengan 5 pemain, 4 pemain bertahan serta hanya menanggalkan 1 striker di depan, ini jelas sekali bukan tanpa alasan. Mereka berobsesi tak ingin lapangan tengah dikuasai PMU. Mungkin obsesi mereka (PBR) menjaga stabilitas lini tengah lebih diprioritaskan ketimbang bagaimana caranya untuk mencetak peluang gol. Nah, pola ini sudah dibaca oleh arsitek PMU Daniel Rukito.

“Terus terang saya sangat kecewa, karena pemain kami sombong, bahkan lebih. Sehingga yang terjadi sulit untuk mendapatkan poin di kandang, sekarang cari poin susah setengah mati. Mereka (PBR) meniru seperti Sriwijaya, banyak bertahan bahkan 6 pemain yang mengandalkan counter (serangan balik), dan mereka lakukan itu dengan baik. Tapi saya tidak menganggap anak kami bermain jelek, semangatnya juga bagus. Cuma kurang disiplin dan gampang sombong, ini yang saya nggak suka,” aku Rukito dengan nada kecewa.

Deskripsi 2 laga terakhir PMU ini seharusnya menjadi kajian mendasar yang penting untuk segera dibenahi manajemen. Terutama untuk merekonstruksi mental dan intelejensi individu pemain agar lebih berpikir fokus untuk sukses menjalani seluruh laga hingga tutup musim kompetisi.(krs)

Pos terkait