Peninggalan dari Keraton Cakraningrat yang dibakar oleh Belanda. By : Handoko Widagdo – Solo
Maduracorner.com.Bangkalan – Niatan untuk melihat rumah kuno tersebut tak terbendung lagi. Benar saja rumah ini adalah rumah yang dibangun oleh Raden Abd. Saleh Mantjoadikoro pada tahun 1904. Beliau adalah “wedono” dan sekaligus penasehat raja. Raden Abd. Saleh Mantjoadikoro merupakan ayahanda Raden Ahmad Riefai Mantjoadikoro, patih terakhir kerajaan Cakraningrat. Kayu kusen dan pintu serta ornamen hiasannya diambil dari bangunan rumah bangsawan di dalam lingkungan Keraton Cakraningrat yang dihancur di jaman Belanda.
Rumah ini berhalaman luas. Halaman depan ditumbuhi pohon mangga manalagi. Sayang saya tidak bisa melihat lebih detail karena halaman rumah gelap. Dinding rumah dikapur putih, sementara kayu-kayu kusen dan pintu serta jendela bercat biru.
Menurut penuturan temanku, yang adalah buyut dari Sang Patih, beberapa bagian dari rumah tersebut adalah peninggalan dari Keraton Cakraningrat yang dibakar oleh Belanda karena memberontak. Contohnya adalah Lambang Kerajaan Cakraningrat berikut ini.
Lambang Kerajaan Cakraningrat tergantung di pendopo depan. Lambang Kerajaan Cakraningrat sudah tidak lengkap detailnya, karena sebagian kayu sudah patah dan sebagian ormamen hiasan detailnya pada lambang tersebut sudah hilang.
Pintu utama adalah bekas jendela dari Keraton Utama Kerajaan Cakraningrat yang berhasil diselamatkan oleh Sang Wedono dari kebakaran.
Pintu depan berjajar tiga. Diatas masing-masing pintu ada ventilasi yang dipagari dengan besi hias yang sudah ada sejak pertama dibangun. Hiasan berbentuk hati dengan anak panah di tengahnya yang berpasangan secara geometris. Hiasan model ini adalah khas Jaman Belanda. Saya tidak tahu, apakah hiasan besi ini juga dari sisa Keraton Cakraningrat atau dipasang pada saat dibangun.
Engsel, grendel dan pegangan pintu masih menempel sejak tahun 1904, meski sudah ada yang tidak berfungsi lagi.
“Sebenarnya keluarga kami juga memiliki dokumen literatur silsilah Kerajaan Cakraningrat sepanjang 4 meter. Tapi dokumen asli tersebut saat ini disimpan di salah satu keluarga di Jakarta”, demikian tutur temanku yang adalah buyut dari Sang Patih terakhir Kerajaan Cakraningrat.
Grendel, Engsel dan Selot Asli Dari Jaman Belanda
Untunglah peninggalan sejarah ini tetap terpelihara dan tetap dimiliki oleh cucu dan buyut dari pelaku sejarah. Sehingga tidak berubah menjadi Toko-toko atau Mall.
Sumber : KoKiTour