5 Hormon Kebahagiaan Dalam Otak dan Pengaruhnya Dengan Pornografi

Kecanduan terburuk bagi remaja indonesia. By : AN

a1

Allah swt berfirman: dan janganlah engkau mendekati zina, sesungguhnya itu merupakan keburukan dan jalan yang buruk.

Mengapa Allah menyebutkan “wa la taqrobu” atau “jangan mendekati”? karena ketika seseorang melakukan zina atau mengakses pornografi, terjadi serentetan proses kimiawi di dalam otak yang membuat seseorang kehilangan kemampuan berpikirnya.

Dalam bukunya, The Drug of the New Millennium, Mark B. Kastleman, seorang terapis kecanduan pornografi yang juga seorang founder dari Candeo Program, menjelaskan secara detail proses yang terjadi dalam otak manusia ketika sedang melakukan sex. Baik yang sehat, ataupun dengan pornografi. Ia menggambarkan, ketika seseorang melakukan sex, proses ini seperti “masuk kedalam sebuah lorong”. Bayangkan, anda memasuki sebuah lorong yang begitu gelap. Kemudian anda keluar dari sisi lainnya.

Ada perbedaan yang ekstrim, antara suami istri yang melakukan sex secara sehat, atau seseorang yang memasuki lorong itu dengan menggunakan pornografi. Pasangan yang sehat, menghabiskan waktu bersama, membesarkan anak, hidup berumah tangga. Mereka menikmati hidup secara sadar bersama-sama.

Kemudian, saat mereka ingin melakukan hubungan badan, memasuki proses intim. Saling peluk, saling sayang, saling belai, saling cium, pikiran mulai memancarkan beberapa hormon yang membuat mereka “masuk ke dalam lorong cinta bersama-sama”. Hormon tersebut adalah:

Dopamin: Hormon ini membuat suami istri menjadi lebih fokus dengan pasangannya masing-masing. Pikiran mulai melupakan “dunia nyata”. Ini adalah gerbang masuk kedalam lorong cinta.
Norepinephrin: Hormon ini memberikan energi yang cukup untuk mereka berdua dengan memancarkan adrenalin alami. Norepinephrin juga membantu proses mengingat. Itulah mengapa, sepasang kekasih mampu mengingat setiap detail pasangannya.
Testosteron: Bagi pasangan, hormone ini berfungsi untuk menambah desiran syahwat, menjadi trigger, dan membuat pasangan bergairah untuk aktifitas sexual.
Oxytocin: ketika sampai pada klimaks, otak mengeluarkan hormone oxytocin untuk menetralkan kembali suasana. Memperlambat aliran darah, membuat mengantuk dan menghilangkan stress.
Serotonin: Hormon ini memberikan rasa puas yang begitu dalam, ketika pasangan telah mencapai klimaks. Juga memberikan rasa bahagia dan ketenangan.
Proses ini membuat pasangan menjadi semakin terikat dalam ikatan emosi yang kuat ketika mereka keluar bersama-sama dari “lorong cinta”. Adapun orang yang memasuki lorong cinta tersebut dengan bantuan pornografi, juga melalui proses yang sama, hanya saja dengan efek yang lebih buruk.
Dopamin: hormon ini membuat orang tersebut menjadi lebih fokus. Tapi, kali ini fokus dengan pornografi. Pikiran mulai melupakan “dunia nyata”. Ini adalah gerbang masuk kedalam trowongan cinta. Sayangnya, ia masuk dengan pornografi.
Norepinephrin: Hormon ini memberikan energi yang cukup dengan memancarkan adrenalin alami. Norepinephrin juga membantu proses mengingat. Nah, inilah sebabnya seseorang sulit menghilangkan fantasi porno di pikirannya.
Testosteron: Hormone ini berfungsi untuk menambah desiran syahwat, menjadi trigger, dan membuat pasangan bergairah untuk aktifitas sexual.
Oxytocin: ketika sampai pada klimaks, otak mengeluarkan hormone oxytocin untuk menetralkan kembali suasana. Memperlambat aliran darah, membuat mengantuk dan menghilangkan stress.
Serotonin: Hormon ini memberikan rasa puas yang begitu dalam, ketika pasangan telah mencapai klimaks. Juga memberikan rasa bahagia dan ketenangan. Sayangnya, ketenangan tersebut terjadi bukan dengan pasangan, tapi dengan pornografi.

Setelah mencapai klimaks, pikiran akan kembali ke prespektif realita. Di sini, hati mulai menyesali perbuatannya, “apa yang telah saya perbuat? Apa saya tidak memikirkan konsekuensinya?”. Celakanya, memang saat memasuki lorong cinta, otak mamalia mengambil alih fungsi kerja neocortex. Artinya, pikiran kehilangan kendali untuk menilai baik buruk, mengukur efek negatif, mencari alternatif yang lebih baik. Dengan kata lain, otak kehilangan kemampuan berpikirnya. Semua diambil alih oleh emosi dan dorongan sex.

Inilah mengapa, ketika stress, sendiri atau ketika mengalami hal yang negatif, otak yang terkontaminasi pornografi selalu membujuk untuk kembali mengaksesnya. Karena, pornografi menjadi program yang terinstal sebagai sumber kesenangan.

Hormon dopamine juga memiliki efek “meminta lebih”. Maksudnya, ketika penikmat pornografi saat ini bisa dipuaskan dengan hanya gambar, di kemudian hari otaknya menginginkan video. Ini yang membuat seorang pecandu betah berjam-jam di depan komputer untuk terus mencari sesuatu yang baru dari pornografi.

 

Sumber : blog SKIP (Solusi Kecanduan Internet Pornografi)

Pos terkait