
Maduracorner.com,Bangkalan- Maulana Ainul Yakin (19) Warga Desa Jaddung kecamatan Tragah Kabupaten Bangkalan yang menjadi siswa di Balai Pusat Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Surabaya, ditemukan tewas di kolam yang ada di kawasan kampus BP2IP Surabaya. Tewsanya Korban yang baru 9 hari menjadi mahasiswa BP2IP itu diduga dianiaya oleh seniornya pada saat pelaksanaan orientasi. “Kalau melihat luka dipelipis kiri dan wajahnya yang lebab, saya yakin keponakan saya itu mati dianiaya,” kata Maksum, paman Maulana Ainul Yakin, Senin (01/10).
Oleh karena itu kata Maksum, pihak keluarga akan menuntut BP2IP tempat Keponakannya belajar itu. “Kami sudah membentuk tim untuk melakukan upaya hukum atas kematian keponakan saya yang tidak wajar ini,” tutur Maksum.
Lebih lanjut Maksum menjelaskan, kejanggalan kematian keponakan itu terlihat sejak ada informasi dari pihak Kampus, dimana pada hari Sabtu sore, pihak keluarga ditelepon kampus yang mengabarkan, bahwa Maulana Ainul Yakin kabur dari kampus dengan cara meloncat pagar. Pada waktu kabur Maulana Ainul Yakin memakai baju putih celana hitam tanpa Alas kaki.
Begitu menerima kabar tersebut, pihak keluarga langsung melakukan pencarian di daerah kampus BP2IP hingga dikolam dimana tempat ditemukan mayatnya Maulana Ainul yakin juga dicari, bahkan selokan yang ada di sekitar kampus tak luput dari pencarian keluarga. “10 orang dari kelaurga kami yang mencari Maulana Ainul yakin, namun tidak ditemukan,” tutur Maksum.
Nah pada hari Minggu pukul 05 sore, pihak keluarga mendapat telepon lagi dari kampus yang mengabarkan jika Maulana Ainul Yakin ditemukan. Namun ketika pihak keluaga tiba di kampus tidak langsung dipertemukan dengan Maulana Ainul Yakin bahkan pihak keluarga disuruh menunggu hingga sampai 1 jam lamanya.
Pada saat pihak keluarga menunggu itulah, ada polisi datang, ke kampus tersebut, setelah itu ada polisi lagi yang datang dengan membawa police line. “Karena kami sudah tidak sabar, salah satu darui keluarga ikut menerobos masuk ke tempat polisi yang membawa police line, nah disitulah baru kami tahu kalau keponakan saya itu mati,” kata Maksum.
Maka dari itu kata Maksum, pihak keluarga tetap akan menuntut pihak kampus BP2IP ini untuk bertangung jawab atas kematian Maulana Ainul yakin itu.
Sementara itu ibu dan bapak korban, Muslimah dan Achmad Jailani sangat terpukul melihat anaknya pulang telah jadi mayat, padahal Achmad Jailani harus merogoh kantongnya sebesar Rp 40 juta untuk bisa masuk ke BP2IP itu. “Anak saya ini ingin Masuk ke sekolah itu karena ingin jadi calon Taruna,” kata Achmad Jailani dengan mata berkaca-kaca, (din/min).