Maduracorner, Bangkalan – Madura identik dengan perayaan pernikahan serentak. Terdapat beberapa bulan yang dipercaya mengandung kebaikan. Kepercayaan tersebut membuat pemuda-pemudi mengantri bulan yang tepat sehingga terjadilah pernikahan yang marak terjadi secara bersamaan. Salah satu bulan yang dipercaya membawa keberkahan ialah bulan Dhulhijjah.
Baru-baru ini, masih di bulan Dhulhijjah yakni bulan terakhir Hijriah, marak terjadi pernikahan di wilayah Semenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan (se-Madura). Hal ini dikarenakan kepercayaan orang Madura yang meyakini bulan terakhir ini adalah bulan yang mengandung keberkahan dan kebahagiaan.
Selain kepercayaan masyarakat Madura, Jawa juga sependpat demikian. Dalam wongjawa.blogspot.com dijelaskan bahwa menikah di Bulan dhulhijjah akan mendapat keberuntungan, kebahagiaan dan kegembiraan karena rizki yang melimpah, tali pernikahan menjadi semakin kuat karena saling mencinta, dana akan mendapat perlindungan dari Tuhan.
Namun, selain itu terdapat beberapa tanggal yang dinilai naas apabila melangsungkan pernikahan di bulan ini, yakni 2, 3, 4, 5, 12, 15, 22, 25, dan 27.
Selani itu, maraknya pernikahan di bulan madura tidak hanya di bulan Dhulhujjah. Ada pula bulan-bulan yang dianggap bagus yakni, seperti Rasol (Robi’ul akhir), Rajab (), Rebbe (), dan syabal (). Namun, anggapan masyarakat Jawa bulan Besar (Dhulhijjah) adalah bulan yang paling bagus untuk melangsungkan pernikaha.
Kepercayaan ini dianut oleh seluruh masyarakat Madura dan Jawa, namun terkadang terdapat pembedaan pendapat antara yang bagus dan bulan yang tidak bagus.
Pada dasarnya, dalam islam tidak ada ketentuang bulan yang bagus dan bulan tidak bagus. Bahkan tidak ada dalil pasti yang menyatakan larangan seseorang untuk menikah di bulan tertentu. Hanya saja, menghindari keburukan yang pernah dialami orang-orang terdahulu, seperti menikah di bulan puasa yakni dikahawatirkan tidak kuat menahan nafsu ketika di siang hari. Dan beberapa kejadian lainnya yang dapat mengakibatkan kematian, ketidakrukunan, perceraian, dan hal-hal buruk lainnya.
Hal ini dapat dipercayai atau juga tidak. Namun, mayoritas masyarakat Madura-Jawa mempercayai bulan-bulan dan hari-hari sakral lainnya.(enk)
Sumber: http://wongjawa.blogspot.com