Hasil Akhir Yang Tak Disangka Semua Pihak | Oleh Mamad el Shaarawy
maduracorner.com, Bangkalan – Laga semifinal I Piala Dunia 2014 antara tuan rumah Brazil dan Jerman sungguh menghadirkan drama lapangan hijau yang menyedihkan. Bagi publik dan fans Timnas Brazil di seluruh dunia, hasil laga tersebut sangat menyayat hati. Bagaimana tidak, skor 1-7 untuk kemenangan Jerman tentu tidak bisa diterima dengan logika akal sehat sekalipun. Apalagi, tragedy tersebut terjadi di Brazil, tanah orang yang menjadikan sepakbola sebagai agama kedua mereka.
Namun sebaliknya bagi pendukung Timnas Jerman, kemenangan telak ini disambut senyum lebar. Menang dengan margin 6 gol tentu tidak mereka bayangkan sebelumnya. Kemenangan yang luar biasa!
Pertandingan ini sebenarnya berjalan normal di awal pertandingan. Bahkan, David Luiz dkk mampu mengontrol jalannya permainan. Ditambah lagi gegap gempita supporter di atas tribun mampu memberi dorongan
spirit lebih bagi tim Samba. Sejumlah peluang tercipta. Namun selalu gagal berkat kesigapan lini belakang
der panzer.
Selepas itu, Philip Lahm dkk bangkit. Lini per lini anak asuh Joachim Loew ini mulai tampil rancak dan terkoordinir rapi. Mereka pun balas menyerang dan mulai mengontrol pertandingan. Dan momen pertama kehancuran Brazil pun tiba. Berawal dari sepak pojok pada menit 11, bola melengkung melewati kerumunan pemain di depan gawang dan mengarah pada Thomas Mueller. Pemain bernomer punggung 13 ini pun dengan mudah menyepak bola melewati kaki kiper Brazil Julio Cesar. Gol!
Pasca gol, skuad Brazil mencoba bangkit. Mereka ganti menekan pertahanan Jerman. Namun selalu kandas berkat soliditas lini tengah yang digalang trio Bastian Schweinsteiger – Sammi Khedira dan Toni Kroos. Sebaliknya, di menit 23 Jerman kembali cetak gol melalu kaki Miroslav Klose.
Tak berselang lama, 3 gol tambahan diciptakan mereka hingga menit 29 yakni melalui aksi Kroos (2 gol) dan Khedira. Artinya, Jerman mampu membobol gawang Brazil dan meruntuhkan mental pemainnya hanya dalam tempo 6 menit! Babak I ditutup dengan 5 gol tanpa balas untuk kemenangan Jerman.
Sementara di babak II, Jerman terus menggila. Mereka kembali menambah 2 gol melalui kaki Andre Schurrle yang masuk menggantikan Klose.
Sementara gol hiburan tim Samba dicetak Oscar di penghujung laga. Pertandingan pun ditutup dengan skor mencengangkan, 1-7 untuk kekalahan tim Brazil yang digadang-gadang calon kuat kampiun tahun ini.
Bagi Timnas Brazil, kekalahan ini merupakan rekor baru kekalahan terbesar mereka di ajang Piala Dunia. Sebelumnya, mereka pernah dikalahkan Timnas Perancis dengan skor 3-0 di final Piala Dunia 1998.
Kekalahan ini benar-benar menyakitkan. Kesedihan tergambar dari deraian air mata publik Brazil. Bahkan saat mereka tertinggal 0-3 dari Jerman, para supporter wanita dan anak-anak di dalam stadion sudah mulai menangis. Sementara supporter pria hanya bisa tercenung tak percaya. Satu-persatu bangku Stadion Belo Horizonte mulai ditinggalkan penonton. Saat babak II hendak dimulai, 20% penonton sudah keluar stadion.
Meski begitu, sebagian besar masih tetap bertahan. Selain berharap tim pujaannya mampu mengejar ketertinggalan (setidaknya memperpendek margin gol), mereka juga tetap setia memberikan dukungan meski David Luiz dkk terlihat bermain dengan mental terpuruk.
Kesedihan ini juga diekspresikan para punggawa Selecao. Karena kekalahan ini tidak hanya memusnahkan harapan mereka mengangkat piala ke-6 kalinya. Tapi juga menghancurkan kedigdayaan sepakbola samba selama beberapa decade terakhir. Bahkan secara hiperbolis, salah satu gelandang Timnas Brazil, Fernandinho mengatakan, kekalahan ini akan abadi. Momen menyakitkan yang akan terus diingat sebagai bagian dari sejarah sepakbola Brazil. Meski itu adalah lembaran kelam diantara lembaran indah sepakbola mereka.
Ungkapan hiperbolis lainnya dituturkan oleh Thiago Silva, kapten tim. Menurut pemain yang tidak bisa turun kala lawan Jerman akibat akumulasi kartu ini, 6 menit yang menghadir 3 gol oleh pemain Jerman merupakan momen kegelapan yang mengawali bencana tersebut. Pemain yang menempati posisi centreback di klub PSG Perancis tersebut juga mengatakan, kekalahan besar seperti ini tidak akan terjadi hingga 100 tahun mendatang.
Kekalahan memang berujung kesedihan. Apalagi dihajar dengan skor telak di kandang sendiri. Namun selain rasa sedih mendalam, muncul juga kemarahan akibat kekalahan ini. Salah satunya dari Zico, salah seorang legenda persepakbolaan Brazil. Pemain yang dijuluki Pele Putih ini, mengecam buruknya penampilan David Luiz dkk. Ia pun tak menyangka tim yang dicintainya tersebut akan kalah begitu konyol.
Zico juga memberi lontaran pedas seperti yang dikutip
EFE terkait pemilihan pemain yang menghuni skuad Brazil saat ini. Menurutnya, sebagian pemain inti tim Samba bukanlah pemain yang bermain secara regular di klubnya. Terakhir, dia pun menyarankan Felippe Scolari segera mundur dari kursi pelatih Timnas Brazil.
Saran serupa datang dari eks pemain nasional Brazil lainnya, Juninho Pernambuchano. Menurutnya, dengan kekalahan telak seperti itu (apalagi di kandang sendiri), seharusnya Felipe Scolari langsung mengambil keputusan mundur bersama seluruh staff pelatih Timnas Brazil. “Rasanya tidak etis bagi Scolari untuk ada di stadion pada hari sabtu (saat laga perebutan tempat ketiga)”,ujarnya pada RMC Sport.
Letupan amarah yang berujung sumpah serapah juga (malah) dilontarkan Neymar, bintang Timnas Brazil yang tidak bermain karena menderita cidera parah akibat terjangan pemain Chille di pertandingan sebelumnya (babak perempat final). Neymar yang tidak turun akhirnya menonton laga ini bersama teman-teman dan keluarganya di rumahnya di Guaruja, Brazil.
Namun acara nonton bareng tersebut berakhir dengan isak tangis dan lontaran sumpah serapah. Seperti yang dilansir UOL Sport, Ibu Neymar, Nadine, menangis perih melihat kekalahan 1-7 tersebut. Semua yang ikut acara nobar tersebut tak percaya dengan hasil. Neymar yang ada diantara mereka shock dan marah. Berikut sumpah serapah bintang klub Barcelona tersebut: “Saya tidak akan melihat pertandingan sampah seperti ini lagi. Mari kita bermain poker saja”. (bersambung ke bagian 4, mad