Hasil Tes Urin Pejabat Sampang Tak Ada Kabar, Ada Apakah?

image
Wakil Bupati Sampang Fadhilah Budiono

Sampang,maduracorner.com – Sudah sepekan lebih, hasil tes urine yang digelar oleh Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sampang tidak ada kejelasan. Pemeriksaan yang berkaitan dengan nakoba ini dilakukan terhadap 160 pejabat eselon II dan eselon III di lingkungan pemkab setempat.

Namun hingga kini hasil tes urine tersebut tak ada kabar. Pasalnya BNK Sampang belum mendapatkan laporan hasil tes urine dari  Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Jawa Timur. Kondisi ini membuat Wakil Bupati Sampang Fadhilah Budiono yang juga Ketua BNK Sampang merasa kecewa. Padahal menurutnya, dalam waktu 10 menit hasil tes sudah bisa diketahui.

“itu kan air kencing. Kemudian itu di-tes dan yang tahu hasilnya itu dari BNNP Jawa Timur. Sementara ini kami belum mengetahui karena belum ada laporan dari Jawa Timur,” kata Fadhilah Boediono kepada maduracorner.co, rabu (2503/2015) siang.

Fadhillah menegaskan, pihaknya tidak akan merahasikan hasil tes urine yang dilakukan kepada pejabat tersebut jika nanti laporan sudah diterima dari Surabaya. Sebab menurutnya, masyarakat umum harus mengetahui perilaku abdi Negera yang ada di daerahnya.  “kami tidak akan merahasiakan hasil tes urine tersebut. Memang sampai saat ini masih belum ada laporan dari BNNP Jatim. Nanti pasti akan kita ekspos kalau sudah turun dari Surabaya,”lanjutnya.

Disinggung kemungkinan adanya abdi negara yang tersandung hukum kasus narkoba, Fadhilah mengakui bahwa yang mempunyai wewenang mengambil tindakan adalah Bupati. “Memang agar menimbulkan efek jera harus ada tindakan tegas (pemberhentian). Namun itu wewenang bupati,”tutur mantan Bupati Sampang 2 periode tersebut.

Fadhilah mengungkapkan, fenomena penggunaan narkoba di Sampang sudah sangat memprihatinkan. Bahkan dari 180 kepala desa yang ada di wilayah ini, diperkirakan 50 persen diantaranya menggunakan narkoba.

“Presentasenya antara 40 hingga 50 persen. Salah satu faktornya adalah perubahan gaya hidup. Awalnya tidak punya uang tapi setelah menjadi klebun (kepala desa) punya uang. Makanya pendidikan agama itu penting,”tegasnya.

Bahkan Fadhilah mengkhawatirkan, perilaku kepala desa semakin rusak pada tahun-tahun mendatang. Pasalnya, adanya kucuran dana (bantuan) yang khusus mengalir ke desa bisa membuat fenomena tersebut makin meluas. “Tapi saya harapkan tidak. Semoga saja”,pungkasnya. (son/mad)

Penulis : S Umar Al Farouq
Editor  : Mamad el Shaarawy

Pos terkait