Il Phenomenon Garuda Jaya. Ini Generasi Baru, Bung! (Bagian III)

Umpan Pendek Menjadi Ciri Khas | Oleh Mamad el Shaarawy

Indra SAfrie
Indra Safrie (tengah)

Maduracorner.com, Bangkalan – Gaya permainan tim-tim sepakbola Indonesia selama ini lebih identik dengan permainan umpan-umpan panjang. Intensitas passing pendek antar pemain hanya dilakukan sesekali saja. Selebihnya umpan panjang menjadi andalan. Gaya permainan yang menjadi gejala umum di klub-klub tanah air ini pun menjalar pada sistem permainan di tim nasional sendiri.

Namun Timnas Indonesia U-19 dibawah asuhan Coach Indra Sjafrie rupanya menjadi pendobrak sistem permainan tersebut. Evan Dimas dkk muncul dengan gayanya sendiri yakni umpan-umpan pendek. Di masa sekarang, sistem permainan seperti ini lazim disebut sebagai tiki-taka ala FC Barcelona dan Timnas Spanyol.

Namun sebelum dipakai kedua tim tersebut, permainan seperti ini sudah lama dipraktekkan oleh Timnas Belanda yang mengusung Total Voetbal era Jordi Cruijff. Gaya ini membuat mereka sangat eksplosif  saat menyerang namun tetap bisa bertahan dengan baik dari serangan lawan.Permainan ala Total Voetbal ini menginspirasi seorang Arrigo Sachi saat melatih AC Milan di akhir 1980-an hingga awal 1990-an.

Assisten Pelatih Milan yang naik pangkat menggantikan Sachi, Fabio Capello, lalu menyempurnakannya menjadi sistem permainan yang disebut Corto Stretto. Dalam bahasa sederhana, Corto Stretto berarti pendek merapat. Yakni mengandalkan umpan-umpan pendek dengan pergerakan rapat antar pemain.

Hasilnya pun sungguh luar biasa. Pada era dua pelatih tersebut (1987 – 1996), Milan menjelma menjadi The Dream Team (Tim Impian) atau juga dijuluki Gli Immortali (The Immortal, Yang Abadi). Berkat gaya permainan Corto Stretto, Franco Baresi dkk mampu merengkuh berbagai gelar di berbagai ajang. Baik di tingkat kompetisi dalam maupun luar negeri.

Pasca masa keemasan AC Milan, sistem permainan tersebut kembali muncul di pertengahan 2000-an. FC Barcelona muncul sebagai pengusungnya setelah dilatih Frank Rijkaard yang tak lain mantan personil The Dream Team AC Milan. Selama melatih di Barcelona (2003 – 2008), Rijkaard menerapkan umpan-umpan pendek pada skuadnya.

Pep Guardiola yang naik menggantikan Rijkaard juga meneruskan sistem yang kemudian dikenal sebagai tiki taka tersebut. Barcelona pun muncul sebagai tim hebat dengan sistem ini. Selain mampu mendominasi pertandingan, mereka bisa terus menekan dan membelah pertahanan lawan dengan mudah.

Nah, sistem permainan inilah yang diadopsi Coach Indra Sjafrie. Pelatih asal Sumatera Barat ini menekankan pemainnya agar tidak terlalu lama memegang bola dan terus melakukan umpan-umpan pendek dengan rekannya. Jika lawan ngotot mengejar, gaya ini akan menguras energi lawan karena terus memburu bola.

Hebatnya, ini bisa dilakukan dengan sangat baik oleh Evan Dimas dkk. Lini tengah sangat memegang peranan penting sistem ini. Trio lini vital Timnas Indonesia U-19 diisi Evan Dimas, Hargianto dan Zulfandi. Ketiga orang ini mampu bermain apik dengan umpan satu duanya. Bahkan saat melakukan umpan, mereka bertiga terus bergerak dinamis tanpa lelah dengan jarak tak kurang dari lima meter.

Dengan gaya seperti ini, lini tengah lawan (termasuk pemain Korsel U-19) kesulitan mengimbangi lini tengah Indonesia U-19. Bahkan saat lawan memegang bola, ketiga pemain ini dengan cepat menutup ruang agar pemain lawan tidak terlalu banyak berkreasi melalui umpan-umpan mereka.

Ketiga pemain tersebut ditopang apik oleh dua wingback kita, Fathurrahman dan I Putu Gede Juni Antara maupun Mahdi Fahri Albaar. Ditambah lagi gerakan eksplosif pemain winger yang diperankan Dinan Javier/ Maldini Pali dan Ilham Udin Armayn. Selain memiliki dribbling bola dan kecepatan mumpuni, para pemain di sisi sayap ini juga mampu memperagakan umpan-umpan pendek yang sangat matang.

Apakah tak ada umpan panjang? Tetap ada. Tapi itu dilakukan hanya sesekali saja. Hal tersebut terlihat saat trio lini tengah Evan, Hargianto maupun Zulfandi memberikan umpan panjang ke sisi sayap. Ini sering mengagetkan pemain belakang lawan karena jarang dilakukan. Umpan ini pun beberapa kali berhasil.

Di akhir uraian ini, kita tentu sepakat bahwa Coach Indra Sjafrie telah mampu membentuk generasi baru. Sebuah generasi yang dicomot sebagai bagian dari skuad tim nasional tanpa pilih kasih. Tanpa ada lagi istilah pemain titipan. Dasar terpilihnya seseorang masuk ke skuad ini hanya satu, dia memiliki skill sepakbola yang bagus.

Begitu sudah ada di dalamnya, tentu akan dilakukan treatment khusus untuk peningkatan dan pengembangan. Selain meningkatkan fisik juga mematangkan mental, bahwa mereka mampu mengalahkan siapa pun. Kalimat motivatif seperti ini tentu sangat dibutuhkan untuk mengangkat moral pemain. Hal ini sebagaimana yang diucapkan langsung oleh Coach Indra Sjafrie, sehari sebelum menghadapi Korea Selatan, “bahwa siapapun bisa dikalahkan kecuali Tuhan”. (selesai)

Pos terkait