SUMENEP, MADURACORNER.COM-Musim panen garam tahun 2018, tidak menggembirakan bagi petani garam di Kabupaten Sumenep. Sebab, harga garam merosot dari harga Rp 2.400.000 menjadi Rp 1.100.000 perton.
Pemerhati Garam Kabupaten Sumen@ep, Joni Suharjono (35) menilai, anjloknya harga garam karena PT Garam Persero, kurang serius dalam melakukan penyerapan garam rakyat.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Itu, terkesan lamban memberikan informasi kepada petani garam. Padahal, perusahaan terbesar se- Indonesia tersebut mendapat kucuran dana Permodalan Nasional Madani (PNM) sebesar Rp 300 miliar.
“Telatnya informasi membuat petani menjual kepada pedagang meski harga tidak sesuai dengan harga yang dipatok pemerintah Rp 1.400.000 perton.” ujarnya, Minggu (29/7/2018).
Menurutnya, petani juga kebingunan memproduksi garam sesuai standar yang ditetapkan. Masalahnya, PT Garam selalu menilai garam milik petani tidak sesuai keinginan meskipun petani sudah beralih menggunakan geomebran.
“Dulu sebelum menggunakan Geomebran, garam rakyat dinilai jelek. setelah menggunakan masih dinilai cepat hancur dan terlalu halus, lantas petani harus bagaimana,” sesalnya.
Salah satu petani garam Abu Said (50) warga Desa Karanganyar, mengaku terpaksa menjual garam kepada pengepul dengan harga murah karena petani diberi modal pinjaman uang untuk membeli geomembran pada awal penggarapan.
“Kami terpaksa menjual garam kualitas 1 seharga Rp 1.100.000 perton, sedangkan kualitas II harganya Rp 900 ribu pertom” keluhnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan PT Garam Edward Hariandja mengatakan, pihaknya PT.sudah membeli garam rakyat dengan harga di atas harga pasaran sebesar Rp 1.450.000 perton.
“Kami membeli garam rakyat saat harga garam mulai tidak stabil,” tandasnya. (*)
Penulis: Sai
Editor: Riyan Mahesa