Jadi Pemulung Bukan Pilihan, Dalam Hidup Fatonah

Pemulung Bukan Pilihan | Oleh : Aryan

Fatonah saat memungut sampah yang bisa dijadikan uang-Foto : Sumaryanto/MC.com
Fatonah saat memungut sampah yang bisa dijadikan uang-Foto : Sumaryanto/MC.com

Maduracorner.com,Bangkalan – Meski setiap pekerjaan itu bisa dilakoni oleh siapa saja, asalkan hasilnya halal untuk  dimakan. Namun, jadi pemulung itu bukanlah pilihan dalam hidup Fatonah (51) Kampung Sattoan Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan “Jadi pemulung ini bukan pilihan saya mas, tapi karena keadaan-lah yang memaksa saya harus menekuni usaha yang dipandang hina, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Siti Fatonah kepada MC.com saat memungut barang bekas dilahan parkir SGB, Senin, (11/02).

Beberapa kegagalan yang akhirnya memaksa Fatonah jadi pemulung karena pekerjaan sebelumnya mengambil kangkung secara cuma-cuma dilahan tetangganya sudah tidak diizinkan lagi. Praktis ditengah kebingungannya mencari pekerjaan, akhirnya dia putuskan untuk menjadi pemulung. Termasuk pekerjaan suaminya, Abdul Rofik (54) sebagai tulang punggung rumah tangga juga mengalami kegagalan dibidang usaha bengkelnya.

Tiada jalan lain, lanjutnya,  satu-satunya harta dia yang tersisa berupa 5 gram emas terpaksa dijual untuk membayar hutang suaminya itu.  Sedangkan dari hasil mengumpulkan sampah yang bisa dijual setiap harinya dengan memungut barang bekas berupa plastik, besi dan botol aqua yang ditemukan dikaki lima maupun dibak sampah rumah tangga. Tak lebih dari Rp.15 ribu hingga Rp. 20 ribu. “Saya sudah tidak punya apa-apa lagi mas. Semuanya sudah habis untuk membayar hutang suami,” ungkapnya memelas. (yan/min)

Pos terkait