
Maduracorner.com,Bangkalan- Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Bangkalan, menyebabkan para petani beralih profesi. Kini, para petani lebih memilih merantau ke kota Surabaya, untuk bisa menyambung hidup selama musim kemarau berlangsung. Sebagian besar para petani yang mengandalkan sawah dan tegalan tadah hujan, bekerja sebagai buruh lepas di kota Surabaya, baik itu di Dermaga Perak atau sekitarnya.
Ketua HKTI Bangkalan, Suhudi menyatakan, musim kemarau menjadi persoalan tersendiri bagi kalangan petani di Bangkalan. Sebab, lahan yang ada tidak bisa digarap, seperti halnya kabupaten lain yang di Pulau Madura.
Dia menerangkan, kalau petani di kabupaten lain, ketika musim kemarau, lahannya masih bisa digunakan untuk tanam tembakau. Tapi, kalau di Kabupaten Bangkalan, banyak yang dibiarkan kosong tanpa ditanami apapun. “Akibatnya, para petani memilih cari kerja sambilan di Surabaya. Rata-rata menjadi buruh lepas, serta ada juga yang jadi tukang becak,” ucapnya.
Suhudi menyebutkan, memang tidak semua petani merantau dan mencari kerja di Surabaya. Tapi, ada juga yang masih bertani, seperti di sekitar Desa Tonjung, Kecamatan Burneh, sebagian petani menggarap lahan dengan ditanami padi. Itupun masih bisa dihitung dengan jari, tetap masih banyak lahan yang nganggur. “Kami berharap, ada terobosan dari pihak terkait agar petani bisa memanfaatkan lahan yang kosong selama kemarau,” terangnya.
Sementara itu, kelompok tani Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Imam Syafii, menyatakan, di daerahnya yang juga berdekatan dengan laut, selama kemarau juga banyak yang beralih profesi. Sebagian petani, tidak hanya beralih profesi sebagai buruh lepas di Surabaya, tetapi ada yang menjadi nelayan. “Itu dilakukan semata-mata untuk menyambung hidup. Ya, karena lahan yang ada tidak bisa ditanami apa-apa,”pungkasnya. (sdo/min)