Kesempatan untuk menjelajahi keajaiban budaya Bali tidak boleh diabaikan saat mengunjungi pulau ini, terutama ketika kunjungan pertama kali.
Walaupun banyak wisatawan berlibur ke pulau ini untuk menikmati matahari, pasir, dan laut, sungguh disayangkan jika pengunjung melewatkan kesempatan untuk terhubung dengan budaya pulau ini, meskipun hanya untuk satu sore dari liburan dua minggu mereka.

Saat Anda bertanya kepada siapa pun yang mencintai Bali, mereka akan mengatakan bahwa semua landmark utama tidak boleh terlewat. Dari Tanah Lot hingga Istana Air Ubud, Kuil Uluwatu hingga Pura Besakih, juga dikenal sebagai Kuil Ibu, ada begitu banyak hal yang bisa dijelajahi dan dipelajari mengenai budaya Bali.
Salah satu alasan utama pengunjung kali pertama memilih untuk tidak memenuhi rencana perjalanan dengan landmark demi landmark adalah keramaian, yang memang wajar.
Ada juga banyak landmark budaya yang penting secara budaya dan benar-benar mengesankan di Bali yang tidak siap untuk memimpin jalan bagi para wisatawan.
Menawarkan pengalaman yang penuh wawasan, tur tanpa keramaian, dan aksesibilitas yang mudah, melihat ke luar atraksi budaya yang paling terkenal merupakan langkah cerdas bagi para wisatawan dan penjelajah yang ingin mengetahui budaya.
Ada satu landmark budaya yang saat ini memenuhi semua kotak dengan tepat, yaitu Kertha Gosa. Ruang Pengadilan bersejarah ini adalah salah satu situs warisan budaya terpenting di Kabupaten Klungkung dan telah lama memainkan peran vital dalam sistem peradilan Bali.
Dalam wawancara dengan wartawan, Kepala Dinas Pariwisata Klungkung, Ni Made Sulistiawati, telah mengungkapkan bahwa aktivitas promosi akan dilakukan untuk memperkuat daya tarik Kertha Gosa sebagai destinasi pariwisata budaya terkemuka.
Data perjalanan tidak bohong; tempat ini semakin populer di kalangan wisatawan yang ingin belajar sedikit lebih banyak tentang sejarah Bali yang menarik, dan saat Sulistiawati dan timnya bekerja untuk mempromosikan destinasi ini kepada gelombang pengunjung baru menuju Bali, para pelancong yang merencanakan perjalanan dalam beberapa minggu atau bulan mendatang akan bijak untuk menambahkannya ke dalam rencana perjalanan mereka sebelum kerumunan tiba.
Dia menegaskan bahwa promosi Kertha Gosa sebagai destinasi warisan akan menjadi upaya terkoordinasi antara Dinas Pariwisata Klungkung dan Dinas Kebudayaan Kabupaten.
Sulistiawati menutup, “Kertha Gosa bukan hanya objek wisata, tetapi juga situs warisan budaya yang kaya nilai sejarah dan filosofi. Kami ingin wisatawan datang tidak hanya untuk berfoto, tetapi juga untuk memahami makna di balik setiap lukisan dan bangunan.”

Menurut data yang dibagikan Dinas Pariwisata Klungkung pada 2023, terdapat 38.474 pengunjung Kertha Gosa, turun sedikit menjadi 37.664 pada 2024.
Pada akhir September 2025, jumlah kunjungan mencapai 21.724 orang, dengan wisatawan Eropa masih mendominasi demografi pengunjung. Menurut keterangan kepada wartawan, pemandu wisata setempat Komang Arcana mencatat bahwa kunjungan ke Kertha Gosa tetap stabil hingga pertengahan Oktober 2025. Arcana berbagi, “Biasanya, puncaknya adalah dari Juni hingga September. Sekarang agak lebih tenang, tetapi wisatawan Eropa masih datang.”

Arcana mencatat bahwa wisatawan Eropa sangat tertarik pada bangunan bersejarah di seluruh Bali dan pada arsitektur Bali serta arsitektur klasik Indonesia. Menurut observasinya, wisatawan Eropa merencanakan rencana perjalanan mereka berdasarkan keinginan yang tulus untuk mempelajari kisah setiap destinasi, bukan hanya untuk berfoto.
Arcana telah membimbing lebih banyak wisatawan dari Belanda, Spanyol, Polandi, dan Jerman keliling situs warisan Kabupaten Klungkung, yang umumnya dipandang sebagai destinasi yang lebih terpencil dibandingkan daerah seperti Ubud.

Arcana menjelaskan, “Pertanyaan yang paling sering diajukan adalah tentang sejarah Kertha Gosa, kapan dibangun, dan arti cerita pewayangan yang digambarkan di lukisan langit-langit Bale Kertha Gosa dan Bale Kambang.”
Dia menambahkan, “Sangat disayangkan jika orang asing tidak lebih akrab dengan warisan sejarah kita. Ada begitu banyak yang bisa dipelajari di sini, tidak hanya dari perspektif arsitektur tetapi juga dari filosofi hidup.”