Makna Pemugaran Masjid Agung Bangkalan

1480675_614595285265640_441692408_n

Arsiteknya (orang Tionghoa) meninggal disambar petir diatas Masjid I By : Dimitriev Indraena

Maduracorner.com.Bangkalan – Sewaktu masa pemerintahan Sultan R. Abd. Kadirun (sultan Bangkalan ke II) memerintah tahun 1847, tepatnya pada hari Jum’at Kliwon tanggal 14 Jumadil Akhir 1234 H atau 10 April 1819 M sesudah sholat Jum’at, tiang agung dipancangkan (pemugaran yang pertama) dengan ukuran 30 m x 30 m, dan sejak saat itu pula maka masjid diresmikan sebagai wakaf dan dijadikan Masjid Umum (Jami).

 

Terhitung tanggal 1 Nopember 1885 status pemerintahan berubah menjadi Kadipaten, dan Bupati yang pertama adalah R. Moh. Hasyim dengan gelar Pangeran Suryonegoro. Adalah atas prakarsanya pada tahun 1899-1900 Masjid dipugar yang II bagian atap, penutupan kolam dimuka yang bentuknya disesuaikan dengan kondisi waktu itu termasuktatanan bangunan sekitarnya (sebelah Selatan di bangun rumah Penghulu dan sebelah Utara rumah Hoofd Penghulu). Dalam pemugaran yang ke II ini sempat ada korban yaitu arsiteknya (orang Tionghoa) meninggal disambar petir diatas Masjid.

 

Tahun 1950 akibat adanya gempa bumi Masjid mengalami rusak berat terutama bagian muka (serambi) dan dipugar ke III oleh Bupati SIS Tjakraningrat.

 

1459981_614593861932449_1359049514_n

 

1461023_614593868599115_1724551508_n

Kemudian mulai tahun 1965 karena Masjid tersebut sudah tidak bisa menampung jemaahnya, terutama pada waktu sholat Jum’at dan sholat led, mulai timbal rencana perluasan dan dibentuklah Panitia yang terdiri dari beberapa unsur organisasi massa dengan nama Panitia Besar Pembangunan Masjid Jami Kota Bangkalan. Namun Panitia tersebut sampai beberapa lama tidak menampakkan ujud hasilnya.

 

Sewaktu kepemimpinan Bupati HJ. Sujaki diambil kebijaksanaan, Panitia tersebut dirombak dengan susunan Panitia ini secara Instansional terkait dengan nama Panitia Pembangunan/Perluasan Masjid Jami Kota Bangkalan (SK Bupati KDH Tingkat II Bangkalan). Menjelang akhir kepemimpinan HJ. Sujaki, Rencana Gambar selesai yang didesign oleh PATH – ITS.

 

1441332_614594328599069_780194643_n

 

Hari Jum’at sesudah sholat tanggal 16 Syahban 1401 H atau tanggal 19 Juni 1981 atas kebijaksanaan PJ. Bupati Soelarto, Pembangunan/ Perluasan Masjid terus dimulai dan dilaksanakan dengan sistem bertahap (dibagi 5 tahapan).

1450785_614595251932310_1143986157_n

 

Kemudian dalam kepemimpinan Bupati Drs. Soemarwoto, mengingat pemasukan dana yang lam-ban dan juga adanya kondisi tanah dan lingkungan pembuangan air sekitarnya, maka gambar (design) direvisi yaitu :

Tempat wudlu yang semuladibawah lantai dipindah ke samping dengan bangunan tersendiri, dengan pertimbangan pembuangan air sulit tersalurkan karena kenyataannya selokan pembuangan lebih tinggi dari tempat wudlu tersebut.

 

Bagian muka yang seluruhnya berlantai dua (kelder) untuk menghemat biaya hanya samping kanan-kiri yang berlantai dua, sedang di tengah dibangun joglo.

1452069_614595031932332_336804047_n

 1425505_614594975265671_1656816669_n

 

 

1462147_614597161932119_1575569218_n  1456733_614595015265667_370447519_n

1456143_614595065265662_748374505_n

 

Demikian juga setelah awal kepemimpinan Bupati Abd. Kadir melanjutkan menyelesaikan tahapan ke IV dan pada hari Jum’at 12 Jumadil Akhir 1409 H tanggal 20 Januari 1989 memulai pekerjaan tahap ke V dengan mengerjakan Wing sebelah Selatan atau kanan.

 

Dalam pengumpulan dana juga mengalami hal yang sama sehingga pekerjaan tersendat-sendat dan akhirnya dicari terobosan dengan memberikan mandat penuh kepada Drs. H. Hoesein Soeropranoto/ketua kehormatan Yayasan Ta’mirul Masjid Jami’ Kota Bangkalan ini (sesuai dengan keputusan Rapat antar Bupati, Panitia Pembangunan dan Yayasan Ta’mirul Masjid tanggal 12 Agustus 1990 di kantor PT. Imaco Surabaya/PT. Rajawali Nusantara Indonesia).

 

1476593_614594991932336_1097818253_n

 

Selanjutnya gambar “maket” dari pemugaran Masjid tersebut disyahkan oleh Bupati Bangkalan (Abd. Kadir) para Ulama yang diwakili oleh Ketua Yayasan (KH. Loethfi Madani) sesepuh masyarakat Bangkalan (R. Pd. Muhammad Noer dan RP. Mahmoed Sosrodiputro) dan Badan Pelaksana Yayasan Pendidikan Kyai Lemah Duwur MKGR Bangkalan, Drs. Marie Muhammad dan Drs. H. Hoesein Soeropranoto. Sedang pekerjaan pemugaran mulai dilaksanakan tanggal 28 Oktober 1990 dan dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan lebih cepat dari yang direncanakan selama 9 bulan.

1471862_614595211932314_542163955_n 1424290_614594941932341_518343659_n 1450208_614595061932329_1972140945_n 1459143_614595038598998_802812849_n 1463726_614595108598991_1612702955_n

Seiring berputarnya waktu, Di masa Pemerintahan Bupati RKH. Fuad Amin, Masjid Agung direhab kembali. Pada tahap pertama meupakan tahap dimana dua buah menara kembar dibangun, dimana biayanya pembangunannya ditanggung oleh pihak swasta serta arsitekturnya dari ITS Surabaya, kemudian pada tahap ke II tepatnya pada tahun 2007 merupakan tahap pembangunan atap masjid, ini dilakukan mengingat kayu-kayu diatas/kubah sudah mengkhawatirkan sehingga perlu diganti, tetapi semuanya itu tidak mengurangi nilai keaslian/nilai historis dari Masjid itu sendiri, dan setelah itu pada tahap ke III dimana pada bagian interior Masjid Agung kembali direhab.

 

1451984_614595245265644_1060124903_n

1456653_614595248598977_1694392723_n

  1425539_614595205265648_960906603_n

996052_614595025265666_560859461_n

 

1

images

 

Namun seiring dari itu semua makna dari pemugaran ini semata-mata untuk melestarikan bangunan bersejarah dan merupakan partisipasi nyata dari generasi penerus yang mempunyai rasa tangung jawab didalam pemenuhan kebutuhan masyarakat muslim yang menganggap Masjid Agung Bangkalan sebagai kebanggaan dan pusat orientasi kota yang warganya mayoritas muslim serta bagian dari nilai-nilai sejarah yang ada di kota Bangkalan…(DI)

Pos terkait