Petani garam Kwanyar | Oleh : Achmad Baiquni
Maduracorner.com, Bangkalan – Rendahnya harga jual garam lokal ternyata tak membuat petani garam di kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan patah semangat, buktinya pada masa panen kali ini, mereka tetap menyambutnya dengan antusias. “Tetap harus bekerja mas, mau bagaimana lagi.” Ujar Ernawati salah seorang pekerja saat ditemui Maduracorner, Senin siang (9/9).
Seperti diketahui bahwa anjloknya harga garam memang cukup membuat para petani garam menjerit. Pasalnya, harga beli pabrik lebih rendah hingga 50 persen dari harga standar yang ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Abdi, salah seorang pekerja yang lain juga menilai bahwa peran pemerintah sangat vital dalam membantu meningkatkan kesejahteraan petani garam. Selain itu, Pria asal Karanganyar Sumenep itu juga mengeluhkan kebijakan impor garam yang sampai saat ini masih diterapkan pemerintah.
“Sebagai pekerja kami tentu membutuhkan perhatian dari pemerintah. kontrol harga yang jelas hingga kebijakan impor garam yang sampai saat ini belum kami pahami alasannya. Pemerintah diam saja ketika pabrik hanya menghargai garam kami seharga Rp 350 ribu/ton, padahal harga yang ditetapkan mencapai Rp 700 ribu untuk kualitas produksi satu.” Keluh Abdi
Ditambahkan Abdi, impor garam juga sangat mengganggu harga garam produk local, Sebenarnya kalau kebijakan ini dihapus, harga garam lokal akan lebih baik dan kesejahteraan petani garam akan lebih terjamin.
Menurut Abdi, secara umum, kualitas garam Madura memang bukan yang terbaik, namun dibanding kualitas garam impor yang hanya bisa digunakan sebagai campuran bahan kimia dan produksi tekstil, garam lokal tentu layak dihargai lebih tinggi. (bai/min)