Bangkalan, maduracorner.com – Masjid Agung Kabupaten Bangkalan tidak ubahnya seperti hotel atau gedung-gedung pertemuan. Mengapa demikian, karena masjid yang menjadi ikon kota Dzikir dan Swalawat itu memasang tarif hingga jutaan rupiah untuk kegiataan keagamaan.
Ikatan Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Al-Amien (IKBAL) Bangkalan sangat menyangkan diberlakukannya tarif tersebut. Sebab, sangat tidak etis dan, bahkan memalukan jika tempat ibadah dikomesilkan demi meraup keuntungan.
“Saya tidak habis pikir, mau hataman Al-Qur’an harus bayar. Mau ibadah saja harganya mahal, ini kan kegiatan keagamaan. Kami bayar Rp 1 juta tapi dikembalika Rp. 250 ribu,” sesal Anggota IKBAL Bangkalan, Aziz Hariyanto, Sabtu (8/10/2016).
Dijelaskan, Khotmul Qur’an tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut acara Kesyukuran Ke 64 Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Kegiatan ini diselenggarakan serentak di seluruh Nusantara. Tak terkecuali di Kabupaten Bangkalan.
“Kenapa hanya masjid Agung yang bertarif. Sedangkan, masjid Syaichona Kholil Martajasah dan masjid Al-Ibrahimy Galis gratis,” keluhnya.
Tarif tersebut tertuang dalam surat pemberitahuan Yayasan Takmirul Masjid Agung Kota Bangkalan nomor : 35/008/VIII/2016. Dalam surat yang ditandatangani ketua takmir masjid Agung, KH Moh Syafik Rofii itu menyebutkan, untuk pernikahan paket biasa seharga Rp. 1 juta, paket tambahan Rp 1.500.000 dan paket khusus Rp 2.000.000.
Sementara, kegiatan pengajian atau istighosah paket pagi sampai siang tarifnya Rp 750.000 dan paket malam Rp 1 juta. Terakhir, acara pertemuan paket pagi sampai siang Rp 750.000 dan paket malam Rp Rp 1 juta.
“Tolong masjid jangan dijadikan tempat mencari uang. Kami bukan tidak ikhlas membayar, tapi kami menyeslkan diberlakukannya tarif seperti itu,” ucap Aziz geram.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Cholil Bangkalan, KH. Hasani Zubair mengaku kaget sekaligus menyayangkan atas pemberlakuan tarif bagi masyarakat yang Mengadakan Khotmul Qur’an di masjid Agung Bangkalan. Kebijakan pengurus masjid itu dinilai sangat tidak wajar dan tidak mencerminkan nilai keagamaan.
“Astaghfirullah, saya benar-benar kaget dan menyayangkan mendengar info ada masjid memberlakukan tarif khotmil Qur’an” jelas Hasani.
Ketua GP Ansor ini mengatakan, seharusnya ketika ada masyarakat yang ingin memakmurkan masjid itu seharusnya diberikan penghargaan bukan justru diberi beban untuk membayar. Tentunya, hal ini menjadi peristiwa terburuk dan merusak citra tempat ibadah umat islam.
“Dimana-mana khotmul qur’an di masjid itu gratis dan pengurusnya justru sangat senang masjidnya di ramaikan dengan ayat-ayat suci al-qur’an, ini malah tempat ibadah dikenakan beban tarif ,” kecamnya.(Heriyanto Ahmad)