BANGKALAN, MADURACORNER.COM- Para penerima beasiswa Lembaga Penyelenggara Dana Pendidikan (LPDP) yang telah menuntaskan studi S1, maupun yang tengah melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan S3 di kampus dalam negeri ataupun di berbagai negara berkunjung ke MA Roudlotut Tholibin, Desa Kombangan, Kecamatan Geger, Bangkalan, Kamis 19 April 2018 kemarin.
Tiga alumni dan awardee LPDP dari Pulau Madura, Muhammad Taufiq, Devi Anggraini Putri, dan Safi Aini, dihadirkan untuk berbagi inspirasi di hadapan 110 siswa SMK kelas XI, di acara yang bertajuk Massive Action: Toreh Cinta 1000 Anak Bangsa tersebut.
PIC Massive Action Bangkalan, Sumriyah menjelaskan Massive Action merupakan kegiatan untuk memberikan motivasi kepada 1000 pelajar SMA, SMK dan sederajat untuk bermimpi setinggi-tingginya sejak dini.
Rangkaian acara itu, meliputi pemutaran video inspirasi, kelas inspirasi dan penulisan mimpi yang kemudian digabungkan dalam sebuah “pohon mimpi”.
“Dinamakan Massive Action karena dilaksanakan serentak oleh para alumni dan awardee LPDP di berbagai daerah di Indonesia,” terang Sumriyah.
Ketiga alumni dan awardee LPDP yang tergabung dalam “Mata Garuda Madura” itu diberi kesempatan secara bergantian untuk menyampaikan pengalama masing-masing selama menempuh pendidikan.
Banyak cerita unik dan menarik yang disampaikan oleh mereka. Harapannya, dari berbagai kisah itu bisa membuka wawasan para siswa dan termotivasi untuk berani mewujudkan mimpinya.
Pengalaman yang cukup menarik dituturkan oleh Safi Aini. Gadis cantik kelahiran Kabupaten Pamekasan itu, tidak pernah mengira dapat melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar S1 Pendidikan Bahasa Inggris, STAIN Pamekasan.
Sebab, sejak lulus SMA di tahun 2008, dia memutuskan menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia.
“Saya bekerja di Malaysia hingga tahun 2011,” kenangnya.
Bagi Safi sapaan akrabnya, menjadi buruh migran di negeri Jiran cukup melelahkan. Sehingga, dia mengambil keputusan yang sangat tepat yakni kembali pulang ke kampung halaman untuk menempuh pendidikan S1.
Bahkan setelah lulus, dia langsung melanjutkan pendidikannya ke tingkat S2 di bidang yang sama di Queen’s University Belfast, Inggris.
“Kalau saya yang pernah jadi TKW saja bisa kuliah ke luar negeri, apalagi kalian,” ucapnya disambut tepuk tangan meriah para siswa.
Sedangkan Muhammad Taufiq memiliki cerita berbeda. Mimpi menempuh pendidikan di luar negeri yang telah ditanamkan sejak di pondok pesantren benar-benar terwujud.
Dia mendapatkan beasiswa dan meraih gelar S1 Al-Ahgaff University, Yaman. Selain itu, dia juga sempat melanjutkan pendidikannya di bidang magister syariah di Universitas Sunan Giri, Surabaya.
Saat ini dia sedang menempuh pendidikan doktoral bidang Islamic Revealed Knowledge and Human Science di International Islamic University Malaysia (IIUM).
“Ketika nyantri di pondok pesantren, saya pernah menuliskan mimpi-mimpi saya, salah satunya menempuh pendidikan S1 di luar negeri. Alhamdulilah menjadi sebuah kenyataan,” ujarnya.
Sementara Devi Anggraini Putri, sudah menerima beasiswa dari pemerintah daerah sejak duduk di bangku SMA 2 Bangkalan. Semasa SMA, dia mengaku sering mengikuti lomba mata pelajaran kimia.
“Walaupun tidak menang, sertifikat selalu saya kumpulkan dan itu yang saya pakai untuk melamar beasiswa Bidik Misi,” paparnya.
Gadis berhijab ini melanjutkan kuliah di Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan beasiswa Bidik Misi. Kini dia tengah melanjutkan sekolahnya di program magister di jurusan yang sama.
Meski hanya kuliah di dalam negeri, namun dia juga sempat mencicipi seminar level internasional di Universiti Sains Malaysia.
“Berbekal ketekunan dan semangat belajar, orang desa seperti saya bisa ke luar negeri juga,” ungkapnya tersenyum.
Direktur Yayasan Pesantren Roudhotut Tolibin, KH Fawaid Abdullah sangat mendukung penulisan mimpi-mimpi yang dilakukan oleh para siswa, karena tanpa mimpi orang hanya akan bekerja tanpa tujuan.
Menurutnya, kehadiran para alumni penyelenggara, menjadi bukti keberhasilan dari perwujudan mimpi-mimpi bagi anak muda.
“Harus dimulai dari mimpi, kemudian bagaimana melaksanakan mimpi-mimpi itu. Namun tanpa kerja nyata, mimpi-mimpi itu tidak akan tercapai,” tandasnya.(*)
Penulis: Riyan Mahesa
Editor: Achmad