Penyerapan Tak Maksimal, Petani Garam di Sumenep Mengeluh

Petani garam di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget Sumenep ketika panen. (FOTO: Sai)

SUMENEP, MADURACORNER.COM-Memasuki puncak musim panen garam di Kabupaten Sumenep justru dikeluhkan para petani. Penyebabnya, stok garam rakyat yang melimpah tersebut banyak tidak terserap.

“Kami berharap pemerintah menegur PT. Garam karena tidak maksimal melakukan penyerapan,” kata petani garam H. Ubaidillah (46) warga Desa Pinggir Papas Kalianget, Kamis (2/8/2018).

Kendati demikian, Ubaidillah mengaku tetap bersyukur karena hasil produksi garam, baik dari segi kuantitas dan kualitas mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab, para petani menggunakan geomembran.

“Produksi garam ini dimulai sejak Juni lalu. Biasanya, puncak panen sekitar Agustus-September mendatang,” imbuhnya.

Menurutnya, kendala yang dihadapi petani pasca panen yakni minimnya garam yang terserap. PT Garam selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggungjawab menyerap garam rakyat itu tidak maksimal.

“Kalau penyerapan tidak maksimal, garam rakyat akan dijual ke mana,” tuturnya.

Informasi yang beredar, PT Garam membeli garam rakyat seharga Rp 1.450 per kilogram. Namun, petani menilai harga tersebut terlalu murah untuk garam kualitas 1.

“Idealnya harga garam sekitar Rp 2.300 per kilogram,” ucapnya.

Sementara itu, Divisi Produksi dan Bahan Baku PT. Garam, Sugiatno memaparkan penyerapan terhadap garam rakyat akan terus dilakukan selama dana masih tersedia.

“Kami menyerap garam tidak hanya di Madura, tapi juga dari luar Madura,” terangnya.

Disinggung masalah garam rakyat yang dibeli dengan harga murah, Sugiatno berdalih PT Garam sudah berpatokan pada harga standar minimal di pasar.

“Kami seperti buah simalakama, satu sisi sebagai stabilitas harga, di sisi lain dituntut berbisnis murni yang harus ada untungnya,”tandasnya.(*)

Penulis: Sai

Editor: Riyan Mahesa

Pos terkait