Pernik Kerapan Sapi di Kalbar

201108arapan_sapi_di_MaduraSapi pacuan di Kalbar rata-rata berada pada level kelas menengah I By : Saiful Bahri

Maduracorner.com.Bangkalan – KARAPAN sapi begitu memesona mata H Ali Said (37). Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu sebagai tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi yang dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain itu menggedor adrenalin H Ali Said kecil, untuk memilikinya dan menjadi bagian peserta dari lomba karapan sapi.

Alhasil, ketika menginjak dewasa lewat sepasang sapi yang dibelinya dan diberi nama Teroris, Ali sukses pada perlombaan karapan sapi yang dihelat di Desa Galang, Kecamatan Sui Pinyuh, Kabupaten Pontianak, belum lama ini.

“Sepasang sapi itu saya datangkan dari Pulau Madura. Satu ekor sapi milik ayah saya. Satu ekornya lagi saya beli di Pamekasan, Madura seharga Rp 40 juta lebih,” ujarnya kepada Tribun.

Ali begitu mengagumi karapan sapi yang menjadi bagian penting dalam kebudayaan Madura. Keterpesonaan pada balapan sapi, diakuinya telah menjalar ke dalam darahnya sejak ia kecil.

“Dari kakek saya kemudian dilanjutkan ayah saya memang sudah menyenangi karapan sapi. Terlebih ayah saya, sapi-sapi miliknya kerap memenangi lomba karapan sapi di Madura,” ungkap ayah tiga anak ini.

Ia yang meneruskan usaha ayahnya sebagai penjual sapi sekaligus merawat sapi mengaku tak ada seninya jika bergelut dalam dunia sapi namun tak menggemari karapan sapi. Bermula dari hanya sekadar menjual dan merawat sapi, ia lantas memberanikan diri membeli sepasang sapi khusus karapan sapi setelah ia mampu secara finansial.

“Terus terang, Teroris ini merupakan sapi kelas menengah. Teroris tidak mampu menyaingi kecepatan tiap pasangan sapi di Madura. Akhirnya saya beli, di sini malah menang,” katanya.
Kendati Teroris sulit menembus persaingan perebutan trofi juara pada lomba karapan sapi di Madura, tentu terdapat pertimbangan-pertimbangan matang sehingga ia memberanikan diri untuk menghijrahkan Teroris ke Kota Khatulistiwa.

“Sejauh yang saya amati, sapi pacuan di Kalbar rata-rata berada pada level kelas menengah. Artinya, jika dibandingkan dengan sapi pacuan di Madura, tidak ada apa-apanya. Makanya saya berani beli Teroris,” tuturnya.

Dikatakannya, Rp 40 juta merupakan bukan nominal yang pantas untuk membeli sapi pacuan andal atau juara umum di Madura. Harga tiap satu ekor sapi, katanya, bisa mencapai 250 hingga 500 juta.

Bukan tidak mungkin ia membeli sapi pacuan dengan harga selangit tersebut. Namun, kini belum saatnya menurunkan sapi pacuan super cepat di atas arena balapan karapan sapi di Kalbar.

Penggemar karapan sapi lainnya yakni H Misjadin (60). Sepasang sapinya yang ia beri nama Gentar Alam merupakan sapi kerap yang pernah merebut juara tiga saat kompetisi karapan sapi di Mempawah beberapa bulan lalu.

“Saya beli Gentar Alam ini seharga Rp 60 juta lebih dari peternak sapi di Madura,” ungkapnya yang tinggal di Jl Panglima Aim, Gg Pemuda itu.

Diakuinya, sejak remaja, ia gemar sekali memelihara sapi. Lantaran memiliki hobi yang kuat, ia tak segan-segan mengeluarkan uang untuk biaya perawatan sapi kerap yang memang berbeda perlakuannya dibandingkan merawat sapi biasa.

“Untuk biaya merawat sapi khusus karapan, satu minggu bisa menghabiskan Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. Selain untuk biaya pakan , sapi wajib diberi jamu minimal dua hari sekali agar tetap fit dan bugar,” jelasnya yang berharap beroleh peruntungan pada kompetisi kali ini dengan berhasil membawa pulang gelar juara.

Misjadin biasanya memberi jamu Gentar Alam sekali dalam dua hari. Jamu itu seperti telur dicampur jahe, bubuk kopi dan kunyit.

“Jamu-jamu yang biasa dikonsumsi manusia juga dapat diberikan kepada sapi kerap agar staminanya kuat,” katanya.

Pos terkait