BANGKALAN, maduracorner.com -Rabu (9/11) sengketa tanah Kohir 511 seluas 17.470 meter persegi di Kelurahan Kraton, kembali dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi. Pihak penggugat menghadirkan satu saksi, Risang Bima Wijaya, yang merupakan warga tanah tersebut, dan banyak mengetahui perihal tanah di Kraton, karena tinggal di Kraton sejak 1973 hingga tahun 2001. Dan tetap memiliki rumah di Kelurahan Kraton.
Risang yang juga bekerja sebagai wartawan, juga pernah menulis tentang tanah-tanah sengketa dan tidak beres di Kelurahan Kraton. Dalam persidangan, Risang menyatakan bahwa dia tahu kalau tanah tersebut adalah milik Pak Sura. ’’Tapi saya tidak tahu saat ini tanah tersebut dikuasai oleh siapa. Saya hanya tahu kalau pada September 2015, tanah Pak Sura itu dijual oleh orang bernama Titik Sundari dan Bambang Suwito,’’ kata Risang.
Hal itu sambung Risang pernah dia tulis juga di media cetak. ’’Dari tulisan itu, keluarga Bambang datang kepada saya dan mengklarifikasi bahwa Bambang Suwito yang menandatangani akta jual beli tersebut adalah Bambang Suwito palsu,’’ ungkap Risang.
Pihak Bambang juga menyatakan bahwa Bambang yang asli bernama Bambang Suwito Cipto, dan pada tanggal 10 September 2015, saat penandatanganan akta jual beli tersebut, Bambang Suwito Cipto atau Bambang Suwito yang asli, sedang berada di Blora Jawa Tengah. ’’Keluarga Bambang juga mengklarifikasi bahwa Bambang Suwito Cipto tidak pernah tinggal dan memiliki KTP Bangkalan, tidak pernah teken akta jual beli tanah di notaris, tidak pernah terima uang tujuh ratus juta rupiah hasil jual beli tanah,’’ terang Risang.
Dari situlah, sambungnya, kemudian Risang menduga kuat kalau akta jual beli tanah kohir 511 Kelurahan Kraton, adalah palsu atau ada tandatangan salah satu pihak yang dipalsukan. Yaitu tandatangan Bambang. ’’Jadi, berawal dari pihak Bambang itulah, saya tahu kalau jual beli itu diduga kuat palsu,’’ tegas Risang, di muka persidangan.
Majelis hakim menanyakan bagaimana Risang mengetahui batas-batas tanah tersebut. Risang menceritakan, dia mengetahui batas-batas tanah yang disengketakan itu pada tahun 2015, saat dia hendak mengajukan gugatan cerai dan gugatan harta gono gini. ’’Untuk mengetahui letak tanah dan batas-batasnya, maka saya turun ke lokasi yang notabene adalah kampung halaman saya tersebut, dari situlah saya tahu dimana tanah kohir 511 milik Pak Sura dan batas-batas tanah yang lain,’’ urainya.
Sebelumnya, ungkap Risang, sekitar tahun 2012 untuk keperluan pemberitaan tentang pembangunan perumahan polisi. Saat itu masih ada buku letter C dan buku kretek desa. ’’Tapi saya tidak ada perhatian khusus pada tanah kohir 511 itu, karena memang bukan urusan saya dan tidak ada kepentingan khusus,’’ katanya. Lalu, tambah dia, pada akhir 2015 saat akan memasukkan gugatan gono gini Rsang kembali datang ke beberapa lokasi di Kelurahan Kraton, termasuk di sekitar tanah kohir 511. ’’Tapi, tidak khusus dan tidak fokus ke lokasi kohir 511. Jadi, saya hanya sekedar tahu batas dan lokasinya saja, kalau bentuknya masih berupa rawa dan hutan nipah, hanya sebagian yang seperti tambak ikan. Untuk selebihnya saya tidak tahu, dan tidak lagi pernah datang ke lokasi tersebut karena medannya yang sulit serta tidak ada keperluan lagi,’’ terangnya.
Selanjutnya dia datang ke Namun ternyata, Kantor Kelurahan Kraton untuk kepentingan gugatan gono gininya tersebut. Namun ternyata, pihak Kelurahan Kraton menyatakan bahwa sejak tahun 2013, Kantor Kelurahan tidak memiliki buku Letter C dan buku kretek tanah. Karena itulah, kemudian dia datang ke BPN Bangkalan, untuk mencari tahu. ’’Sebab saya datang ke BPN, pertama karena salah satu objek gono gini yang saya gugat sudah bersertifikat atas nama orang lain, yang belakangan saya duga dilakukan dengan cara-cara palsu,’’ ungkap Risang.
Kedua, lanjut dia, karena Kantor Kelurahan Kraton tidak memiliki buku Letter C dan buku kretek tanah. ’’Nah, saat itulah saya tahu kalau tanah kohir 511 sudah dijual dan diproses sertifikat. Tapi, itu bukan urusan saya. Namun, saya kemudian tertarik pada tanah kohir 511 tersebut, setelah kemudian mengetahui kalau tanah itu diblokir oleh BPN atas keberatan dari keluarga Pak Sura. Tapi sekali lagi, itu bukan urusan saya,’’ kata Risang.
Dia menegaskan bahwa hanya mengetahui kalau tanah itu diblokir, kemudian digugat, dan ada laporan berkaitan tanah tersebut di Polda Jatim. ’’Hanya itu yang saya ketahui. Saya tidak mengetahui asal-usul tanahnya, siapa yang menggarap dan menguasai, siapa yang menjual, serta siapa yang menerima uangnya,’’ kata Risang. Yang dia ketahui hanya, bahwa tanah itu punya Pak Sura yang punya dua anak bernama Sadi dan Naimah. Namun tidak kenal dengan anak-anak Sadi dan Naimah.
Dalam persidangan, Bambang Suwito Cipto yang hadir sempat menanyakan apakah Risang mengetahui siapa yang menandatangani akta jual beli tanah kohir 511 tersebut. Dengan tegas Risang menyatakan tidak mengetahuinya. ’’Yang jelas bukan saya yang mendatangani,’’ tegas Bambang, menyudahi pertanyaannya.
Sementara Yusron Marzuki yang jadi kuasa hukum Titik Sundari dan Lurah Kraton menanyakan tentang silsilah dan ahli waris dari Pak Sura. ’’Saya tidak tahu soal silsilah Pak Sura. Yang saya tahu hanya tanah itu punya Pak Sura karena kami berada dalam satu kampung dan setelah Pak Sura Meninggal tanah itu digarap anak-anaknya Pak Sura yang setahu saya bernama Sadi dan Naimah. Selebihnya saya tidak tahu,’’ tegas Risang.
Sedangkan pihak BPN menanyakan apakah Risang mengetahui sampai sejauh proses sertifikasi tanah kohir 511 tersebut. ’’Terakhir saya mengetahui kalau BPN Bangkalan sudah menerbitkan nomor induk bidang tanah dan sudah mengeluarkan pengumuman untuk menerbitkan sertifikat. Lalu, pihak pembeli pernah menceritakan kapada saya bahwa dia akan membatalkan jual belinya dan meminta uangnya kembali, karena ternyata tanah kohir 511 itu ruwet dan sengketa. Selebihnya saya tidak tahu,’’ tegas Risang.
Pada kesempatan lain, sempat terjadi ketegangan antara saksi Risang dengan Nurus Shobah, kuasa hukum notaris Agus Teguh Sutanto yang dalam perkara ini menjadi tergugat tig. Pasalnya, Nurus Shobah justru banyak menanyakan masalah pribadi saksi Risang. Yakni masalah rumah tangga Risang. ’’Ini tidak ada hubungan dengan perkara ini, maka saya tidak bersedia menjawab. Urusan rumah tangga saya tidak ada kaitan dalam perkara ini, lagipula waktu itu Anda (Nurus) yang jadi pengacara lawan saya dan kalah saat saya gugat. Kalau dulu saya menang gugatan gono gini dan Anda kalah, jangan dibawa-bawa dalam perkara ini. Ini sama sekali tidak ada kaitannya,” ucap Risang.
Selanjutnya, Nurus Shobah menanyakan perihal akta jual beli, yang menurut kesaksian Risang isinya diduga palsu. ’’Kok bisa saksi menyatakan kalau akta jual beli itu palsu,’’ tanya Nurus Shobah.
Atas pertanyaan tersebut, Risang bersedia menjawab dan menerangkan bahwa dia tidak pernah menyebut jika AJB itu palsu. Namun, dia kemudian menduga palsu dan yakin dipalsukan, setelah pihak Bambang datang kepadanya menerangkan bahwa Bambang Suwito dalam akta jual beli itu adalah Bambang Suwito palsu. ’’Jadi, seorang keluarga Bambang Suwito datang kepada saya, mengklarifikasi berita bahwa Bambang Suwito dalam AJB itu adalah palsu. Sebab Bambang suwito tidak pernah ada di Bangkalan, tidak pernah punya KTP Bangkalan, dan nama aslinya adalah Bambang Suwito Cipto, ber KTP di Blora, Jawa Tengah. Bambang asli tidak pernah teken AJB di notaris, tidak pernah jual tanah, dan tidak pernah terima uang. Dari situlah kemudian saya simpulkan kalau AJB itu palsu. Lah, orang yang namanya ada dalam AJB sendiri bilang kalau palsu, maka saya simpulkan AJB itu palsu. Selebihnya saya tidak tahu siapa yang memalsu,’’ tandas Risang.
Ketetangan Risang tersebut, kemudian diiyakan oleh Bambang. Bahkan Bambang yang juga hadir dalam sidang menegaskan bahwa dia juga tidak pernah mewakilkan dirinya kepada siapapun untuk menandatangani akta jual beli tanah kohir 511 yang saat ini diperkarakan.
Menjelang sidang berakhir, kuasa hukum penggugat, Arif Sulaiman menanyakan darimana Risang mengetahui adanya laporan pidana berkaitan tanah kohir 511 tersebut. ’’Saya mengetahui dari Polda Jatim. Terlapornya Titik Sundari,’’ jawab Risang.
Usai sidang, berkaitan dengan laporan pidana di Polda Jatim tersebut, Risang mengungkapkan bahwa dalam laporan tersebut disebutkan bahwa terlapor bukan hanya Titik Sundari. ’’Dalam laporan itu disebutkankan terlapor adalah Titik Sundari dan kawan-kawan. Namun, siapa yang dimaksud dan kawan-kawan itu, saya tidak tahu dan tidak berusaha menggalinya, karena kasus tanah kohir 511 tersebut bukan urusan pribadi saya, dan saya nilai belum layak untuk dijadikan berita,’’ pungkas Risang.
Untuk diketahui, sebelum sidang kesaksian, majelis hakim dan para pihak sudah melakukan peninjauan setempat (PS) ke lokasi tanah kohir 511 tersebut. Dalam PS tersebut, ternyata Titik Sundari tidak bisa menunjukkan batas-batas dan letak tanah yang dijualnya tersebut, sesuai AJB yang dia tandatangani. ’’Saat PS, Titik Sundari yang mengaku menguasai dan menjual tanah itu sesuai AJB tanggal 10 September 2015, tidak tahu letak tanahnya dan tidak tahu batas tanahnya. Ini membuktikan kalau Titik Sundari tidak pernah tahu dan tidak pernah memiliki tanah tersebut, dan telah menjual dengan cara-cara melawan hukum,’’ tegas kuasa penggugat, Arif Sulaiman.(ris)
By Jiddan