Maduracorner.com, Bangkalan- Kekeringan sebagai dampak kemarau memaksa persawahan tadah hujan di Madura mengalami hibernasi. Sangat tidak mungkin untuk bercocok tanam di tengah situasi seperti ini.
Kondisi inilah yang memaksa petani beralih profesi. Salah satu alternatifnya adalah kuli pada industri paving. Seperti yang tengah dilakoni petani di kampung Junok Bangkalan. Tak hanya kaum lelaki, ibu-ibu yang tidak lain para istri petani ini juga turun tangan ikut meringankan kerja suaminya dengan bekerja sebagai kuli angkut pasir. Meski dengan upah tidak lebih dari tiga puluh ribu rupiah per hari, rela mereka lakukan demi mejaga agar dapur rumah mereka tetap ngebul.
“Ya terpaksa jadi kuli angkut pasir ini pak, karena sawah kering tidak bisa tanam padi,” timpal Muryati, salah satu istri petani.
Disisi lain, Sudirman, pemilik usaha paving menambahkan bahwa pekerjaan paruh musim ini sudah lumrah mereka lakoni.
“Ibu-ibu itu kalau musim hujan ya ke sawah tapi kalau musim kemarau kerja di sini membantu suaminya mencetak paving,” tambah Sudirman lagi.
Dia kembali mengemukakan, dalam sehari mereka mampu membuat paving hingga seribu biji.(rie/krs)