I Oleh : Mamad el Shaarawy
Tepat 16 tahun silam di hari ini, Persebaya Surabaya sukses menyabet trofi juara Liga Indonesia 1996/97 usai mengatasi perlawanan Bandung Raya 3-1 di partai puncak.
Di musim tersebut, edisi ketiga gelaran Liga Indonesia usai penggabungan kompetisi Perserikatan dan Galatama, kembali terjadi perubahan format. Jumlah kontestan bertambah dari 31 menjadi 33 tim dan dibagi ke dalam tiga wilayah di putaran awal.
Empat tim teratas dari masing-masing wilayah berhak melaju ke babak 12 besar yang dipecah ke dalam tiga grup. Semua pemuncak grup plus satu runner-up terbaik melanjutkan partisipasi ke fase empat besar dengan sistem knock-out.
Adapun Persebaya, yang waktu itu dikomandoi pelatih Rusdy Bahalwan dan diperkuat sederet bintang lokal mulai dari Sugiantoro, Uston Nawawi, sang kapten Aji Santoso hingga penggawa asing seperti Carlos de Mello serta Jacksen F. Tiago menunjukkan ketangguhan sejak babak awal.
Bajul Ijo memuncaki klasemen akhir Wilayah Barat dengan keunggulan signifikan delapan poin atas Bandung Raya dan Arema Malang, yang mengumpulkan angka sama di posisi kedua dan ketiga, dan 11 poin atas peringkat keempat, Persiraja Banda Aceh.
Di babak 12 besar, Persebaya kembali terbukti terlalu tangguh untuk lawan-lawannya. Tergabung di Grup A dengan tim sekota, Mitra Surabaya, Persiraja, serta Gelora Dewata, mereka mengemas nilai sempurna disertai selisih gol meyakinkan: memasukkan 14 dan hanya kebobolan empat kali.
Tak heran jika status favorit semakin kuat menancap di tubuh Aji cs. Laga pamungkas akhirnya ditapaki setelah menundukkan PSM Makassar 3-2 di semi-final. Bandung Raya berdiri sebagai rintangan terakhir yang mesti dilewati Persebaya untuk menahbiskan diri sebagai yang terbaik di Tanah Air.
Tantangan tim Kota Kembang dijawab lugas oleh Bajul Ijo. Pada final di Stadion Utama Gelora Bung Karno, meski sempat ditahan imbang tanpa gol dalam 45 menit pertama, laju Persebaya mencaplok mahkota juara tak terbendung lagi selepas turun minum.
Mereka melesakkan sepasang gol dalam tempo singkat untuk mengantungi keunggulan 2-0. Gol pembuka dilesakkan kapten Aji Santoso dari titik putih sebelum digandakan Jacksen hanya dua menit berselang. Gelar dipastikan aman di tangan Persebaya usai Reinald Pieters membawa mereka memimpin makin telak di sepuluh menit terakhir. Gol Budiman sifatnya tak lebih dari sekadar konsolasi buat Bandung Raya.
Khusus untuk Jacksen pribadi, titel juara sekaligus memupus kekecewaannya dalam dua musim ke belakang. Pria Brasil yang kini menukangi timnas Indonesia itu sebelumnya selalu harus puas menjadi runner-up bersama Petrokimia di Liga Indonesia I dan PSM di edisi selanjutnya.
Kisah sukses terasa kian manis berkat keberhasilan sang striker menggondol gelar topscorer dengan koleksi 26 gol. Sementara itu, sekalipun tumbang, Bandung Raya mendapat hadiah hiburan dengan dinobatkannya Nuralim sebagai peraih Bola Emas alias pemain terbaik kompetisi.
Skuad Persebaya tahun 1996 – 1998, merupakan salah satu skuad terbaik klub Indonesia yang pernah ada. Didalamnya terdapat banyak talenta-talenta terbaik. Di barisan lokal, ada pemain yang di masa mudanya kala itu berjaya: Aji Santoso (C), Anang Maruf, Bejo Sugiantoro, Khairil Anwar, Yusuf Ekodono, Uston Nawawi hingga Mursyid Effendi. Bahkan separuh pemain Timnas Indonesia diisi para pemain ini.
Di barisan pemain asing, 3 stok legiun Persebaya dianggap sebagai yang terbaik saat itu: Justinho Pinhiero (centreback), Carlos de Mello (playmaker) dan Jaksen F. Tiago (striker, top skorer). Jangan lupakan, pelatih Rusdy Bahlawan. Pelatih yang juga dipanggil ustadz ini selalu meminta para pemain bersholat ashar terlebih dahulu sebelum turun main ke lapangan.
BRAVO BAJUL ‘Persebaya’ IJO