Sikapi Kasus Curanmor Pelajar, DP Minta Lembaga Pendidikan Lebih Berbenah

Wabup Ir. Mondir Rofii. foto:krism/mc.com
Wabup Ir. Mondir Rofii. foto:krism/mc.com

DP Sikapi Kasus 5 Pelajar Terlibat Curanmor | oleh : krism

Maduracorner.com, Bangkalan-Peristiwa penangkapan polisi terhadap 5 pelajar dalam kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di kabupaten Sampang mungkin dianggap biasa. Tapi bagaimana dengan fakta hasil pemeriksaan penyidik yang menyebut bahwa aksi nekat kelima pelajar ini karena termotivasi gaya hidup party nightclub atau dugem yang identik dengan foya-foya, narkoba dan  seks bebas ?

Tak hanya memantik keprihatinan sejumlah pihak. Terungkapnya keterlibatan pelajar dalam kasus curanmor di Sampang ini dinilai sebagai refleksi prilaku remaja yang mulai mengkhawatirkan, dengan kata lain semakin jauh dari nilai-nilai luhur, akhlakul karimah. Bahkan lebih parah lagi, rekaman peristiwa tersebut berdampak citra Madura yang religus bakal terdegradasi.

“Kalau berkaca pada kasus pelanggaran hukumnya, mungkin selesai dengan menjatuhkan sanksi sesuai aturan perundang-undangan. Tapi jika ditelaah lebih jauh, kasus keterlibatan pelajar karena termotivasi gaya hidup liberal ini harus disikapi serius,” kata Mondir Rofii, Ketua Dewan Pendidikan Bangkalan.

Pemerhati pendidikan yang juga pemangku jabatan Wakil Bupati Bangkalan ini menganggap kasus tersebut merupakan ‘prestasi’ dalam arti negatif bagi dunia pendidikan khususnya remaja pelajar Madura.

“Saya pikir ini bukan lagi sebuah prilaku kenakalan biasa di kalangan remaja pelajar. Karena dorongannya bukan lagi masalah tuntutan materi untuk memenuhi beban hidup,” imbuhnya.

Oleh karenanya, sambung Ra Mondir-panggilan akrab Wabup Bangkalan, perlu ada pembenahan terutama dari sektor pendidikan terutama sekolah sebagai lembaga formal. Aspek pengajaran memang penting, tapi pendidikan prilaku dan karakter juga lebih penting. Salah satu solusi yang perlu diupayakan, adalah dengan memperluas peran konseling siswa di lingkungan sekolah. Yang tidak hanya sebagai sarana pemecahan masalah belajar mengajar di sekolah, tapi juga prilaku ataupun emosional remaja pelajar.

“Ada beberapa hal yang mungkin perlu untuk dibenahi. Misalnya untuk disekolah, perlu ada perluasan konseling yang tidak hanya mengandalkan peran guru BK (bimbingan konseling). Tapi konseling yang lebih melibatkan siswa dalam organisasi intra sekolah secara aktif. Saya pikir, sarana ini lebih efektif merangsang cara berpikir remaja pelajar agar lebih logis, realistis dalam menyikapi setiap persoalan,” saran Ra Mondir.

Meski tidak ada jaminan bahwa ide tersebut efektif mengeliminir prilaku buruk remaja pelajar madura. Tapi paling tidak, dia menilai upaya itu bisa meminimalisir tindakan yang dapat merugikan bagi masa depan pelajar itu sendiri.

“Upaya itu juga harus diimbangi oleh pengawasan baik pihak sekolah maupun wali murid. Jangan memberikan akses kebebasan yang tanpa batas kepada putra putrinya, karena itu justru dapat menjerumuskan mereka dalam pergaulan yang negatif,” imbaunya.(krs)

Pos terkait