Bangkalan,Maduracorner.com – Dalam tradisi bermukim masyarakat Madura hampir dipastikan tidak ada ruang mukim yang berdiri sendiri. Ruang bermukim selalu mengelompok dalam satuan komunitas yang disebut soma. Dalam satu soma biasanya terdiri dari beberapa massa dan fungsi ruang spesifik yang terdiri dari roma (kamar), langghar (surau), dhapor (dapur), pakebhan (jamban), somor (sumur) dan kandhang (kandang) atau gudhang (gudang).
Unsur penting dalam satuan komunitas bermukim ini adalah surau yang selalu ada sebagai unit pelengkap dan sebuah halaman atau ruang terbuka yang terjadi karena ketersusunan massa bangunan yang sedemikian rupa sehingga terbentuk ruang terbuka sebagai pengikat yang disebut sebagaiTanèan lanjhāng
Terbentuknya permukiman Tanèan Lanjhāng ini diawali dengan sebuah rumah induk yang disebut tonghuh, yaitu rumah cikal bakal atau leluhur suatu keluarga dan dilengkapi dengan surau, kandang, dan dapur. Apabila sebuah keluarga memiliki anak yang berumah tangga, khususnya anak perempuan, maka orang tua akan atau bahkan ada keharusan untuk membuatkan rumah bagi anak perempuan.
Penempatan rumah untuk anak perempuan berada pada posisi di sebelah timurnya. Kelompok pemukiman yang demikian disebut pamengkang, demikian juga bila generasi berikutnya telah menempati, maka akan terbentuk koren dan sampai Tanèan Lanjhāng. Susunan demikian terus menerus berkembang dari masa ke masa. Apabila susunan ini terlalu panjang maka susunan berubah menjadi berhadapan
Tanèan Lanjhāng terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah. Rumah induk ini biasanya, di tandai dengan jengger ayam di atapnya. Rumah induk, ditempati orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tertua ini kemudian di sebut kepala soma. Ibarat raja kecil, kepala somahlah yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perkawinan.
Tanèan merupakan ruang utama, berada di tengah-tengah permukiman. Berupa ruang terbuka, berfungsi sebagai tempat sosialisasi antar anggota keluarga, tempat bermain anak-anak, atau melakukan kegiatan sehari-hari seperti menjemur hasil panen, tempat melakukan ritual keluarga, dan kegiatan lain yang melibatkan banyak orang. Disinilah kelebihan Tanèan, bahwa Tanèan adalah tempat berkomunikasi dan mengikat hubungan satu keluarga dengan keluarga yang lain. Peran Tanèan sangat penting, karena disinilah kebersamaan dibangun, otonomi besar di rumah masing masing disatukan melalui ruang tersebut.
Tanèan sifatnya terbuka dengan pembatas yang tidak permanen, tetapi untuk memasuki Tanèan harus melalui pintu yang tersedia. Apabila memasukiTanèan tanpa melewati pintu maka akan dianggap tidak sopan. Orang luar, khususnya laki laki, akan berada di luarTanèan apabila dalamTanèan tersebut tidak ada laki laki.
Susunan ruang yang berjajar dengan ruang pengikat ditengahnya menunjukkan bahwa tanèan adalah pusat aktivitas sekaligus sebagai pengikat ruang yang sangat penting. Sumbu barat timur secara imajiner terlihat memisahkan antara kelompok rumah dan ruang luar. Surau sebagai akhiran semakin memberikan arti penting dan utama dari komposisi ruangnya.
Ruang tinggal atau rumah adalah ruang utama, memiliki satu pintu utama dan hanya terdiri atas satu ruang tidur yang dilengkapi serambi. Ruang bagian belakang atau bagian dalam sifatnya tertutup dan gelap. Pembukaan hanya didapati pada bagian depan saja, baik berupa pintu maupun jendela, bahkan rumah yang sederhana tidak memiliki jendela. Ruang dalam ini adalah tunggal, artinya ruang ini terdiri atas satu ruang dan tanpa sekat sama sekali. Fungsi utama ruang tersebut adalah untuk mewadahi aktifitas tidur bagi perempuan atau anak-anak. Serambi memiliki dinding setengah terbuka, pembukaan hanya ada di bagian depan. Fungsi utama ruang ini adalah sebagai ruang tamu bagi perempuan.
Langghar atau surau berada di ujung barat (kiblat), merupakan bangunan ibadah keluarga. Berfungsi sebagai pusat aktivitas laki laki yaitu transfer nilai religi kepada generasinya, sebagai tempat bekerja pada siang hari, tempat menerima tamu, tempat istirahat dan tidur bagi laki laki, serta dipakai untuk melakukan ritual keseharian dan juga sebagai gudang hasil pertanian
Tata letak kandang dan dapur dalam permukiman tidak memiliki posisi yang pasti, artinya letaknya dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Pada permukiman awal perletakan kandang cenderung di sisi selatan berhadapan dengan rumah tinggal. Kandang terbuat dari bahan bambu atau kayu dengan atap daun atau genteng. Sementara itu, dinding terdiri atas bambu atau kayu. Masing masing keluarga memiliki kandang sendiri-sendiri. Dapur terletak di depan, di samping surau ataupun di belakang rumah. Bahan bangunan yang digunakan juga sangat variatif sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga tersebut.
Perkembanganjaman memungkinan terjadinya perubahan pada Tanèan Lanjhāng. Apakah nilai ini akan tetap bertahan meskipun pengaruh luar semakin besar dan dominan dalam kehidupan masyarakatnya?
Penulis : Syaf Anton Wr
By : Jiddan