BANGKALAN, MADURACORNER.COM – Banjir, tanah longsor, dan puting beliung adalah bencana alam mengintai wilayah Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Bencana Hidrometeorologis tersebut sangat berpotensi melanda kabupaten paling barat di Pulau Madura itu.
“Bangkalan masuk dalam kategori bencana Hidrometeorologis seperti banjir, longsor, puting beliung dan banjir rob air laut,” terang Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangkalan, Rizal Moris, Minggu (5/11/2017).
Menurutnya, aksi bersih-bersih yang melibatkan 1.000 relawan di sungai Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh merupakan langkah pengurangan resiko bencana alam. Melibatkan semua kalangan menjadi cara membangun kesadaran dalam menjaga kebersihan sungai.
“Kami akan terus melakukan pendampingan agar daerah lain juga termotivasi melaksanakan gerakan berbasis masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana,” ucap Rizal.
Wilayah Kabupaten Bangkalan yang berpotensi dilanda bencana banjir yakni Kecamatan Blega, Arosbaya, Tanjung Bumi, dan Kecamatan Burneh. Sedangkan bencana longsor berpotensi melanda Kecamatan Kokop, Konang, Geger, Galis, dan Tanjung Bumi.
Selanjutnya, di Kecamatan Tragah, Kamal, Kota Bangkalan, dan Burneh rawan terjadi bencana angin puting beliung. Sementara, Kecamatan Blega, Sepulu, Klampis, Modung, Tanjung Bumi dan Kecamatan Kwanyar berpotendi dilanda benca rob air laut.
“Melakukan pemetaan terhadap potensi bencana sangat penting sebagai deteksi dini agar bisa mengurangi resiko bencana,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Sudarmawan menyatakan kategori bencana alam terdapat 12 jenis. Namun, banjir, tanah longsor, dan puting beliung adalah potensi bencana yang paling mendominasi di Jawa Timur.
“Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, ada 32 kabupaten/kota yang rawan bencana Hidrometeorologis. Termasuk Bangkalan,” paparnya.
Resiko bencana ini kata Sudarmawan harus diproteksi untuk menghilangkan atau memperkecil dampak bencana alam tersebut. Sebab, dampak bencana itu sangat luar biasa karena dapat mempengaruhi indeks pertumbuhan manusia dan perputaran ekonomi.
“Jadi bersih-bersih sungai itu sebagai upaya mengurangi resiko bencana dan agar masyarakat peka. Kalau sudah peka pasti peduli terhadap lingkungan,” tandasnya. (*)
Penulis: Heriyanto Ahmad
Editor: Achmad