Proyek ini kini memasuki fase kedua pengembangannya, yang akan melibatkan pembangunan jalan melingkar untuk meningkatkan akses, serta mengembangkan atraksi bergaya gondola di lokasi menara, dan inisiatif lainya.

Gubernur Bali Wayan Koster mengunjungi Menara Turyapada pada awal pekan ini dan mengonfirmasi bahwa IDR 10 miliar telah dialokasikan untuk mengembangkan jalan akses melingkar baru ke atraksi dan menara telekomunikasi.
Pertama-tama, Menara Turyapada dibangun untuk mengatasi zona komunikasi gelap di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Jembrana. Namun, pemimpin juga bertekad memastikan bahwa menara ini bisa menjadi atraksi tersendiri dan mercusuar bagi pariwisata Bali Utara.
Saat mengunjungi lokasi, Gubernur Koster mengonfirmasi bahwa fase kedua pengembangan telah dialokasikan anggaran sebesar IDR 270 miliar dan bahwa proyek telah diperintahkan untuk tetap sesuai target penyelesaian pada 2026.
Ia berkata kepada wartawan, “Astungkara bisa berjalan lancar, sesuai kontrak yang telah diselesaikan pada Agustus 2026. Sehingga pada akhir 2026, ia akan beroperasi sebagai destinasi wisata kelas dunia yang baru di Buleleng. Ini adalah sebuah bangunan luar biasa milik masyarakat Bali.”
Sebagai bagian dari fase kedua pengembangan di Menara Turyapada, pengunjung potensial dapat menantikan atraksi bergaya gondola atau kereta kabel yang akan menawarkan pemandangan lanskap Kabupaten Buleleng yang luar biasa. Gubernur Koster mengungkapkan, “Terminal gondola berjarak 1,1 kilometer dari Turyapada. Gondola akan menggunakan produk dan teknologi dari Korea dengan kapasitas yang lebih besar yang telah banyak digunakan di negara maju.”
Akses jalan melingkar baru ini tidak hanya akan membantu wisatawan menjelajahi atraksi wisata Menara Turyapada tetapi juga situs-situs budaya penting di sekitar wilayah tersebut. Pada akhirnya akan ada peningkatan penyediaan transportasi umum pula. Wisatawan yang tiba di daerah tersebut sebagai bagian dari tur bus akan memarkir kendaraan di area istirahat di samping Patung Landung Banner di Desa Wanagiri. Kemudian, wisatawan yang akan mengunjungi Menara Turyapada akan diangkut menggunakan kendaraan listrik yang lebih kecil ke terminal gondola atau ke area parkir Menara Turyapada.
Gubernur Koster ingin melihat perkembangan infrastruktur pariwisata di kawasan Menara Turyapada dan program-programnya seefisien mungkin berkelanjutan. Ia meminta Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra untuk memastikan bahwa perkembangan di kawasan Turyapada diatur oleh Peraturan Detail Rencana Tata Ruang Wilayah (RDTR).
Ia menekankan bahwa kawasan di sekitar Menara Turyapada tidak boleh berubah dalam hal tata letak atau alokasi penggunaan lahan. Ia mencatat bahwa fasilitas pariwisata dapat dibangun dalam radius tertentu, tetapi tidak dalam bentuk vila atau resor.

Menara Turyapada adalah pintu gerbang baru menuju Bali Utara. Wisatawan dapat melewati dataran tinggi pusat Bedugul, termasuk kunjungan ke Pura Ulun Danu Beratan, sebelum berhenti di Menara Turyapada dan melanjutkan petualangan menuju permata utara, termasuk air terjun Munduk dan Pantai Lovina.
Gubernur Koster ingin melihat Menara Turyapada menjadi salah satu landmark paling terkenal di Bali. Ia menyimpulkan, “Pengelolaannya harus profesional seperti Dunia Fantasi di Ancol. Tiket masuk juga disesuaikan; penduduk setempat, terutama di Buleleng, akan mendapatkan harga yang berbeda. Tujuannya adalah agar daerah ini menjadi atraksi dunia, seperti Menara Eiffel atau Macau Tower.”

Para pemimpin di Indonesia telah vokal mengenai visi mereka untuk mentransformasikan Bali Utara menjadi daerah yang menarik secara internasional, baik untuk pariwisata maupun untuk bisnis dan investasi.
Sementara Gubernur Koster ingin melihat Menara Turyapada di Bali Utara menjadi ikon sekelas Menara Eiffel atau Macau Tower, Presiden Prabowo Subianto ingin melihat Bandara Internasional Bali Utara yang baru mengangkat wilayah ini ke dalam ranah yang sama dengan Singapura dan Hong Kong dalam hal pariwisata, bisnis, dan minat internasional.

Sewaktu rencana baru telah diungkap untuk Bandara Internasional Bali Utara pekan ini, janji kampanye Presiden Subianto terasa sedikit lebih lantang.
Pada akhir 2024, ia berkata kepada pemilih di Bali, “Bandara Bali Utara, seperti yang telah saya sampaikan, saya berkomitmen, saya ingin membangun Bandara Internasional Bali Utara.” Menambahkan, “Kita akan menjadikan Bali sebagai Singapura yang baru, Hong Kong yang baru, di mana kita akan menjadi pusat regional ini.”